Sabtu, 05 Maret 2011

Status di Facebook (Artikel lepas III)

Status Facebook
* * *

status, oh status...!



...aku ini hitam! 
sehitam diriku, sehitam hatiku, sehitam langit yang kelam, sehitam kulitku yang gosong, sehitam warna rambutku, sehitam langkah jalanku, serta sehitam pikiranku yang kelam...
* * *
tetapi, setidaknya aku dilahirkan kedunia dengan jiwa yang putih bersih...





karena engkau, Adam-Hawa...
menderita, di dunia..
tak puasnya kau Menggoda
Dosa semakin melimpah...
* * *
Hai Setan kini Engkau menang
semoga Engkau senang
kudoakan kepada Tuhan
Untukmu kumohonkan Neraka Jahanam...

(Penggalan lirik lagu Neraka Jahanam - Dua Kribo)





...malam yang dingin ini sangat membekukan seluruh tubuh,
hingga hampir saja meremukkan sekujur tulang.
* * *
tatapi, lebih dingin lagi tatapan mata seorang gadis yang tertuju padaku,
sampai, nyaris mematahkan hati ini hingga tak berdaya...



.

Menulis itu, adalah seni...
dan seni itu relatif.
* * *
baik atau buruk, tergantung yang baca
bukan yang menulisnya sendiri...


saya suka menulis yang berbau pengalaman atau kenangan, 
sebab kenangan itu penting dan sebagai bekal 
untuk bercerita nanti kepada anak dan cucu...

status tentang penyesalan dan ketidakberdayaan



negara yang bersatu, suatu saat akan bercerai:
negara yang bercerai, suatu saat akan bersatu kembali...
* * *
huuf, itulah cuplikan novel dari Kisah Tiga Negara, dalam dinasti Han/ Negara Cina abad ke 3.





...semenjak dahulu, manusia mana yang tak akan mati?
aku menggunakan kesetiaan untuk mencatat kitab sejarah...



...jujur saja, aku ini hanyalah seorang sampah, yang terbuang dan tergeletak hina dipinggir jalan.
* * *
tetapi berkat diriku, semua orang menjadi tahu akan arti kebersihan yang sebenarnya...


 ...persahabatan itu, lebih baik dipadamkan:
daripada dibiarkan memudar perlahan...
* * *
lebih baik mempunyai 5 orang musuh, 
daripada mempunyai 1 orang sahabat, tapi berhati benalu...


''tombak yang terang, mudah ditangkis:
anak panah gelap sukar dilawan..."
* * *
musuh dalam selimut lebih berbahaya daripada orang yang secara Nyata benar-benar memusuhi kita...

aku sangat menyukai kharisma Freddie Mercury, aku sangat mengagumi lirik ciptaan John Lennon, tetapi (jujur) dibandingkan semua musisi yang ada di kolong langit, aku hanya mengidolai seorang Kurt Cobain...
dialah Inspirasiku selama ini, dalam dunia virtual, maupun dunia nyata.
* * *
seperti halnya kata-kata terakhir sebelum beliau tewas:...
I hate to my self, and I want to Die...


status tentang kenyataan hidup



"kemilaunya sinar matahari diwaktu senja sangatlah indah, tetapi sayang hari sudah mulai gelap..."
* * *
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
Maaf, ini hanya sekedar artikel iseng-iseng belaka.
Nama, dan Foto Profil telah DISAMARKAN...

Menulis (Fiksi) bagi saya itu, ibarat melihat Lukisan karya Van Gogh dan Seniman lainnya…

Menulis bagi saya adalah Hobi, tidak perduli bagus atau jeleknya tulisan. Yang terpenting adalah bagaimana kita mengapresiasikan hasil tulisan tersebut. Atau kritik pedas dan komentar negatif dari yang membaca hasil tulisan saya, toh itu untuk membangkitkan semangat saya dalam menulis, agar memperbaiki tulisan di kemudian hari…

Juga saya tidak begitu membedakan antara harus menulis fiksi atau menulis berita atau menulis kisah pengalaman. Bagi saya, sama saja. Titik.

* * *

Menulis bagi saya seperti melukis, inspirasi mengalir apa adanya tanpa dibatasi serta disekat yang namanya konsep.

Ibarat Vincent Van Gogh yang melukis “Bunga-bunga Iris” saat Ia masih di Rumah Sakit Jiwa sebelum ia meninggal. Juga ketika ia membuat lukisan menjiwai, melukis langsung saat para petani sedang memakan kentang dengan lahapnya, “The Potato Eaters”.

12992527032142918202
lukisan asli beberapa petani yang sedang memakan kentang

Menulis bagi saya seperti meraungkan gitar dengan sesekali memetik tali-tali senar hingga putus, demi mempersiapkan suatu lagu.

Sama juga saat Kurt Cobain menulis lirik “Rape Me”, salah satu lagu yang kontroversial dari Nirvana. Atau juga ketika Kurt Cobain hendak meledakkan kepalanya dengan senapan, ia menulis sebait puisi dalam suratnya yang berbunyi “lebih baik padam, daripada pudar…

Menulis bagi saya seperti juga gocekan Del Piero saat ia meliuk-liuk membelah barisan pertahanan lawan, sebelum melepaskan satu serangan terakhir… dan Gol! Atau juga saat Ia mengukur arah mata angin dan jarak yang tepat dari si kulit bundar dengan posisi kiper yang salah langkah, hingga berbuah hasil akhir yang mempengaruhi pertandingan.

Menulis bagi saya seperti juga Rayuan maut Arjuna kepada Dewi Srikandi, seorang tokoh Ksatria Wanita dari Kisah Mahabharata. Padahal Arjuna telah mempunyai Dewi Sumbadra, tokoh wanita tercantik didunia, tetapi ia masih saja memperistri Srikandi yang terkenal keras kepala serta menjadi satu-satunya tokoh wanita yang ikut berperang di medan Kurusetra.

Menulis bagi saya seperti juga kecerdasan dan kehebatan Oey Yok Su, tokoh silat yang dijuluki sebagai “Sesat Timur”. Pendekar silat karya Novelis terkenal Jin Yong. Oey Yok Su terkenal akan kepintarannya dalam berpikir yang terbalik dan mempunyai ilmu yang sangat ditakuti dalam rimba persilatan karena sifatnya yang nyeleneh dan tidak suka mengikuti aturan. Tapi ia ikut turut menyelamatkan Benteng Kota Siangyang dari Invasi Bangsa Mongol.

Menulis itu bagi saya seperti juga melihat kegigihan serta kontroversi dari Pak Pramoedya Ananta Tour, tokoh yang sangat saya kagumi karena meskipun berada di pengasingan Pulau Buru, tetapi masih sempat untuk menelurkan karya-karya terbaiknya, seperti Manusia Bumi. Bagi saya pribadi, beliau adalah salah satu Penulis Fiksi terbaik yang ada di Kolong Langit…

12992542851209530104
menulis fiksi itu idenya dari mana saja, bisa dari rumah, jalanan atau toilet…

* * *

Itu hanya sepenggal kiasan atas kekaguman saya terhadap beberapa tokoh terkenal diatas. Karena Inspirasi dari menulis itu mengalir apa adanya tanpa dibatasi serta disekat yang namanya konsep. Sebab, pemikiran itu terkadang bisa datang kapan saja, entah dirumah, dijalanan, dikantor bahkan ketika kita berada di Toilet…!

…datang bagaikan mengalirnya air
pergi laksanan siliran angin
entah darimana asalnya
entah dimana tujuannya…

_____________________________________________________________
Sumber Foto : Wikipedia dan 
Sumber Tulisan : Wikipedia dan Majalah Rolling Stone Indonesia
Sumber Puisi : Penggalan Novel, "Kisah Membunuh Naga"
Sumber Artikel ini : kompasiana.com/roelly87
_____________________________________________________________
_____________________________________________________________

Jumat, 04 Maret 2011

Catatan Ringan Choirul Huda I - Menulis itu Mudah? Siapa Bilang...

menulis, menulis dan menulis


Menulis itu Mudah? Kata siapa…

Ya siapa yang bilang kalau menulis itu mudah atau gampang?
Siapa juga yang bilang kalau menulis itu tidak sulit?
Bagi saya pribadi, Menulis itu susah…
Lho? Kenapa? dan Mengapa?

* * *

Aneh… Kontradiksi sekali dengan kebanyakan orang yang mengatakan bahwa Menulis itu Mudah, Menulis itu Mengasyikkan, Menulis itu sehat, Menulis itu melatih pikiran, Menulis itu Bla-bla-bla…

1. Sebab menulis itu butuh waktu, dan waktu yang tepat untuk menulis (bagi saya pribadi) adalah malam hari, sekitar pukul 02 wib. Kalau untuk siang hari, jangan harap deh! Meskipun hari libur dan tidak ada kegiatan, tetap saja tidak pas untuk menuangkan ide yang ada dikepala ini. Sebabnya, siang itu terlalu ramai, apalagi dirumah saya yang batas dengan tetangga hanya lewat selembar triplek. Belum lagi kalau ada tetangga yang punya anak kecil sedang nangis, ada yang berantem, ada yang menyetel musik keras-keras, boro-boro ada mood buat menulis, yang ada malah jadi hilang semangat buat ngelanjutin lagi.

* * *

Menulis itu Mudah? Kata siapa…
Yang ada malah bikin Bangkrut!

2. Jujur saja menulis itu butuh uang yang tidak sedikit!

Lho, memang apa hubungannya, menulis kan mengetik melalui kedua tangan dan tidak mengeluarkan uang sama sekali.
Itu kata orang, kalo kata saya sendiri, untuk menulis dan bikin tulisan suatu artikel memang butuh uang, uang untuk membeli perbekalan selama kita menulis…

Contohnya adalah Kopi, Rokok dan Pulsa untuk Internetan yang Unlimited.
Sebagai gambaran kasat mata saja, setiap malam saya harus mengeluarkan uang untuk membeli perbekalan itu seharga:
Rokok Kretek merk Z = Rp 9.500 perbungkus (semalam menghisap rokok sebungkus)
Kopi Mix merk A = Rp 2.000 perbungkus (rata-rata saya minum kopi 2 bungkus, saat pukul 23 dan pukul 03 malam)
Itu dalam semalam, bagaimana kalau saya menulis selama sebulan penuh?
Kalau diambil rata-rata sejak Januari lalu saya mulai giat menulis, kisarannya adalah:
Rp. 9.500 x 25 hari = Rp. 237.500
Rp. 2.000 x 25 hari = Rp. 50.000
Rp. 200.000 x 1 bulan = Rp. 200.000     +

Total adalah Rp 487.500 Pengeluaran yang harus saya keluarkan setiap bulannya (dengan hitungan kasar, saya menulis selama 25 hari terus menerus).
Belum lagi ditambah dengan biaya perbaikan Laptop apabila error, biaya ganti charger laptop, dan biaya Listrik bulanan…!

* * *

Menulis itu Mudah, kata siapa?

3. Menulis itu Butuh Kesabaran yang Tinggi!
Sebabnya adalah jika kita tidak kuat-kuat Iman, maka apa yang hendak kita tulis itu bisa hilang. Ibarat Kemarau setahun dihapus guyuran hujan semalam…
Sebagai contoh adalah ketika sedang enak-enaknya nulis, eh ada telepon mendesak dari pacar. Mau tidak mau, tulisan yang sudah ditengah jalan bahkan hampir selesai harus disimpan lagi. 
Kemudian dilanjutkan? Tentu saja tidak, karena mood menulis sudah hilang, mungkin saya masih menulis lagi, tapi sudah berganti topik.

Apalagi pada kasus ini yang sering terjadi, waktu itu saya sedang asyik menulis tentang Bab 3, Cerita Bersambung berjudul “Nina”. Rencananya cerita itu akan saya buat hingga 7 episode, dan sudah dipikirkan secara matang. Tapi saat baru mengetik tiba-tiba lampu mati, karena saya menulis langsung di kompasiana dan belum sempat disimpan (tidak melalui format Microsoft Word) maka tulisan saya langsung hilang…
Sampai dada saya terasa menyesak, sudah capek mikir, ngerencanain tokoh dengan matang, eh akhirnya hilang begitu saja.
Akhirnya 2 jam kemudian setelah listrik kembali nyala, saya bersiap mengumpulkan sisa-sisa ide yang barusan saya tuangkan itu. Tapi berhubung sudah tidak semangat lagi untuk menulis, maka saya putuskan untuk sekedar chatting atau mengupload foto2 di facebook. Baru setelah ide-ide yang bersarang dikepala balik lagi, saya melanjutkan kembali.
Lantas bagaimana dengan kelanjutan cerita Nina?
xi xi xi, sampai sekarang belum ada satupun dari sisa 5 cerita Nina tersebut yang saya terbitkan…!
^_^

hasil dari menulis malam, diganjar headline!


* * *
Menulis itu Mudah? Kata siapa…
Bersambung.

____________________________________________________________________
Maaf, ini HANYA sekadar Catatan Pribadi. tidak ada sangkut pautnya dengan orang lain...

Selasa, 01 Maret 2011

Putri yang Ditukar (sinetron yang membosankan tapi sangat ditunggu kehadirannya?)

Salah satu Adegan antara Tuan Prabu dan Amira


Maaf, sebelumnya. Saya bukan bermaksud Promosi tentang sinetron ini atau juga Membencinya.

Tapi saya heran, kenapa setiap jam 7 malam, Ibu-ibu disekitar rumah saya pada berbondong-bondong untuk menyaksikan sinetron ini. Entah apa yang bagus dengan ceritanya, atau hanya pemainnya yang tampan dan cantik-cantik?

Padahal kalau melihat ceritanya, sungguh membosankan dan juga terkesan terlalu didramatisir. Belum lagi dengan judul "Putri yang ditukar", mirip sekali dengan beberapa sinetron bergenre sama (Putri yang terbuang, Anak yang tertukar, Dia bukan anakku, serta lainnya bla-bla-bla).

Huuf, sungguh bikin mengantuk!

Tapi mau tidak mau saya mesti melihatnya, meskipun hanya sekilas. Karena setiap saya main Komputer atau Online diruang tamu, pasti sudah ramai oleh teriakan Ibu, Adik, Sepupu, dan Saudara lainnya, bahkan Tetangga!. Sampai-sampai saya harus menutup telinga dengan Handsfree agar tidak kedengaran suaranya. Apalagi saat ada adegan Tuan Prabu marah dengan dengan Ibu Malena... Wuuish, heboh banget dah satu ruangan!

Soalnya, setiap saya tanya tentang apa yang menarik dari film ini, semuanya serentak menjawab karena Tuan Prabu!!! Dalam film bernama Prabu Wijaya, tetap saya lebih suka menyebut Tuan Prabu. Ya sosok Ayah dari Amira (Nikita Willy) ini memang sangat digemari oleh penonton yang rata-rata kaum Hawa. Mereka kepincut dengan tokoh yang diperankan oleh Atalarik Syah. Entah karena tampan, wajah yang dingin, atau mungkin karena mirip Indo yang tinggi dan putih.

Wajah Tampan dan Dingin dari Tuan Prabu yang banyak menghipnotis penggemarnya

Kalau jalan cerita film ini sebenarnya datar-datar saja, tidak jauh berbeda dengan kebanyakan sinetron Indonesia lainnya. Kisah tentang seorang anak perempuan yang sejak lahir ditukar oleh seorang bernama Wisnu karena mempunyai dendam pribadi dengan Ayah anak tersebut (Tuan Prabu). Kemudian cerita berkembang menjadi perebutan harta, kekuasaan, serta warisan setelah datang tokoh Antagonis Irfan (Adipura). Berlanjut sampai saat ini ketika Zahira (Yasmine Wildblood), sakit parah dan mengetahui bahwa orang tuanya yang sebenarnya ternyata bukan Tuan Prabu, melainkan Ihsan (Sulthan Djorghi). Dan berkembang, terus berkembang, hingga berkembang kemudian...

Malas saya cerita lagi, mending Anda melihat langsung sinetron ini setiap malam sekitar pukul 19 malam...?

Gara-gara film ini pula saya harus mengungsi dari rumah setiap habis maghrib, dan TV serta Remote sudah dimonopoli oleh Ibu serta Adik. Dalam hati saya hanya bisa berdoa semoga film ini cepat tamat, karena kalau berlanjut seperti Cinta Fitri hingga beberapa tahun, bisa gawat deh nasib saya dirumah. Apalagi kalau mengikuti Kemilau Cinta Kamila yang tamat terus tayang, tamat lagi, eh kemarin tayang lagi??

Sampai-sampai oleh orang rumah, Tagline sinetron Kemilau Cinta Kamila diplesetkan dari Cinta tiada akhir, menjadi "Derita Tiada Akhir..."

He he he, itulah dramatisasi sinetron Indonesia, kalau satu film sedang Ngetop, pasti banyak yang mengikutin. Dan jarang ada yang Inovatif seperti Islam KTP atau yang dahulu Lorong Waktu.

Yaa, biar bagaimanapun pesimisnya kita akan perfilman Indonesia, masih ada kok sisi baiknya. Salah satunya adalah Yang Baik pasti berakhir Bahagia di akhir cerita, serta juga bisa mengalihkan (walau sekilas) sakit kepala Rakyat Indonesia dari harga-harga yang melambung tinggi dan keterpurukan moral Bangsa.

Disamping itu juga, banyak yang bilang bahwa menonton Sinetron lebih baik daripada menonton sepak terjang Pemerintah beserta Institusi lainnya yang carut marut dan tak pernah Berakhir Bahagia di akhir cerita...!

* * *

Ah, saya jadi ngelantur ngomongin yang tidak-tidak. Hampir lupa bercerita, bahwa episode kemarin Tuan Prabu sudah benar-benar mengetahui dari hasil tes DNA bahwa Amira itu anak kandungnya yang selama ini tertukar...

Lho???




________________________________________________________________________
Sumber Foto : Google dan Kapanlagi.com
Sumber Tulisan : Wikipedia dan Kapanlagi.com
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________

Senin, 28 Februari 2011

Memetik Pelajaran dari Cerita Silat “Tujuh Pendekar Pedang dari Gunung Thianshan”

12981282441240572801
Novel Silat "Thian San Tjhit Kiam"


Tiba-tiba Lu Soe Nio menuding kedinding saldju. 
Siauw Lan dan Phang Eng
mengawasi dan ternjata diatas sebuah batu terukir empat huruf besar:

Djin-thian-tjoat-kay (Perbatasan antara manusia dan langit). 

Dibawah empat huruf itu terdapat beberapa baris huruf ketjil jang berbunji
seperti berikut:

Pada musim rontok tahun Kah-sin, aku tiba di-Tibet dengan niatan
mendaki puntjak Tjoe-hong*. Aku tertahan ditempat ini, tenagaku habis,
tak dapat kumadju lagi dan hampir-hampir kuhilang djiwa. Sekarang
baru aku jakin, bahwa tenaga manusia ada batasnja. Semendjak keluar
dari rumah perguruan, dengan sebatang pedang aku berkelana keberbagai
tempat tanpa menemui tandingan. Aku menduga, bahwa dikolong langit
tiada pekerdjaan jang tidak bisa dilakukan
. Tapi sekarang, aku
menunduk dibawah Tjoe-hong, dengan ditertawai oleh awan-awan putih.
Manusia mudah ditakluki, tapi langit tak dapat diatasi. Hai!
Kenjataan ini adalah tjukup untuk membuat orang-orang gagah dikolong
langit menghela napas sambil mengusap-usap pedangnja!

Dibawah huruf-huruf itu terdapat tiga huruf: Leng Bwee Hong. Ia
adalah (kakek guru) Tong Siauw Lan dan Phang Eng. 

* * *

Ya, memang benar didunia ini banyak orang yang menyangka, apabila sudah bisa menundukkan lawannya atau meraih cita-citanya, maka Ia akan beranggapan bisa menaklukkan dunia yang luas ini. Padahal masih banyak didunia ini yang tidak dapat dijangkau oleh kekuatan, akal dan pikiran manusia itu sendiri.

Tokoh dalam cerita silat karangan Liang Yu Sheng ini, yaitu "Leng Bwee Hong" sangat terkenal akan kegagahannya dalam melawan kerajaan Bangsa Qing yang menjajah Negara Cina. Tetapi ia sangat mengakui bahwa dengan segenap kegagahan dan kekuatannya tetap tidak bisa menaklukkan Puncak Pegunungan Himalaya yang menjulang pongah seperti menggapai lagit…

Begitu juga dengan kehidupan kita di alam nyata, banyak seseorang yang telah lupa bila sudah memangku akan kedudukan, jabatan dan derajatnya yang tinggi. Mereka berpikir seolah-olah tidak ada yang bisa menghalanginya lagi, padahal mereka seharusnya meniru akan sifat dari Pendekar Leng Bwee Hong tersebut yang menerapkan Ilmu Padi, semakin berisi semakin menunduk.


Introvert...

…apakah, aku seorang introvert ?

serta pria berjiwa pemurung

atau mungkin seorang yang labil dan dipengaruhi unsur empat mata angin?

adakah caranya untuk meminimalisir penyakit itu…?

* * *

ah, pengidap introvert juga manusia biasa yang, hanya butuh interaksi dengan sesamanya, ataumungkin hanya sebagai kamuflase dengan memakai topeng untuk menunjukkan keeksistensian diri diantara khalayak ramai…

air bisa membuat perahu berlayar, tetapi juga dapat menenggelamkannya. segala sesuatu hal tergantung dari prilaku manusia itu sendiri.

ada yang lahirnya putih polos, tetapi setelah lama bergaul dengan tidak memakai filter akhirnya menjadi pudar. siapa yang bisa menjamin bahwa setiap hari berada dekat tinta tidak akan terkena cipratan??
atau seorang pembunuh berdarah dingin yang mempunyai catatan kelam, usai mendapat pencerahan dari langit dan dukungan dari bumi, tidak bisa menjadi pemuka agama??

hidup ini berada diantara dua pilihan, tinggal pribadinya masing2 lah yang bebas memilih sesuai hati nuraninya. ingin hitam pekat berbaur kelam atau putih hampa tak berisi…

jangan sampai, Kita terjebak kedalam pihak ketiga (abu-abu), Insan yang mengaku paling pintar yang dengan mudahnya memberi masukan kepada dua orang yang sedang main catur, tetapi giliran Ia sendiri dalam posisi tersebut…

tidak bisa apa2!

ii-xxviii-mmxi
semoga tidak terjadi, khususnya untuk diriku pribadi dan orang-orang terdekatku pada umumnya.
ah…

* * *

Adakah sebuah Pencerahan dalam Kehidupan...

…aku lebih suka dipanggil binatang jalang,
tapi punya pendirian

daripada disebut orang yang alim, rajin beribadah, serta berprilaku baik,
tapi menjadi manusia yang tak bertulang punggung…
yang hidupnya selalu dibawah alis orang lain…

dua sisi dunia dalam dua sisi


ah, dunia ini sungguh abu-abu
sulit untuk menemukan yang benar2 putih
bahkan lebih sulit lagi menemukan yang hitam sesungguhnya…

hm, surga dan neraka hanya doktrin ataukah sebuah opini belaka bagi sebagian orang?
apakah baik menjadi seorang atheis, hedonis bahkan komunis??
ataukah lebih memilih menjadi kapitalis, liberalis bahkan sosialis???

huuh...

selalu diantara dua pilihan,
ada pihak ketiga yang menyusup?
akankah begitu…?

hm, mengikuti filosofi air,
mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah
atau falsafah angin…

yang dari mana asalnya
dan entah kemana tujuannya…

diantara keduanya adakah yang lebih baik
ataukah
memilih mencari lagi yang terbaik dan lebih baik bahkan paling baik

dasar manusia,
dikasih permata satu bukit pun
ia akan merasa kurang puas
hanya mencari setitik oase ditengah luasnya gurun dunia

mungkin (sampai) ajal mendekat
yang namanya terbaik tidak akan dapat ditemukan
lalu, apalagi yang harus kucari…

* * *

Ah, Ternyata Mereka Tidak Mengenal Kompasiana… (Polling Kecil-kecilan tentang Internet dan Telekomunikasi 1)

  Sejak Sabtu lalu, saya iseng-iseng melakukan Polling kecil-kecilan. Gara-gara pas dapet bonus gratis nelepon selama 60 menit dari salah satu Operator terkemuka di negeri ini, akhirnya saya pergunakan untuk menanyakan kabar teman-teman dan juga seraya saya todong dengan pertanyaan tentang Internet, Telekomunikasi dan Game (he he he, Mumpung gratisan….).

Terus ada juga yang saya wawancarai seperti Anak Sma, Smp dan Sd, teman-teman Kuliah saya, teman satu tongkrongan, Bapak-bapak yang ada dilingkungan rumah, anak-anak penghuni setia Warnet, sampe Ibu-ibu (yang mengaku G4uL dan engga Gaptek). Total ada sekitar 65 Responden yang berhasil saya wawancarai.

Langsung saja, inilah hasil polling kecil-kecilan versi saya:
_ _ _ _ _

1.Menurut Kalian, apa saja yang pertama kali kalian buka sewaktu browsing Internet:
  1. Facebook
  2. Livescore
  3. Kapanlagi
  4. Youtube
  5. Google
Kapanlagi.com banyak dipilih oleh Ibu-ibu dan teman-teman saya yang Perempuan karena mereka suka liat2 Gosip artis.
Sedangkan bagi Remaja Pria banyak yang liat Livescore.com untuk melihat hasil pertandingan sepakbola secara Update.

1296183232965490676
5 Situs teratas
   
_ _

2. Situs jejaring sosial apa aja sih yang kalian paling suka, dan punya minimal satu akun:
  1. Koprol
  2. Facebook
  3. Foursquare
  4. Twitter
  5. Friendster
Wah?? Koprol ternyata banyak yang milih dibandingin Facebook! Entah karena suka produk dalam negeri atau emang nih situs sedang booming. Saya sendiri belum pernah buka yang namanya Koprol, apalagi Foursquare…
_ _

3. Kalo kalian buka Internet, Browser apakah yang paling sering dipakai:
  1. Mozilla Firefox
  2. Google Chrome
  3. Safari
  4. Opera
  5. Internet Explorer
Sebagian besar Responden banyak yang memakai Mozilla (Karena lebih familiar di Indonesia dan juga banyak dipakai di Warnet2), diikuti dengan Chrome. Kalau Safari, menang didesain, Opera terlalu lama loading, IE jarang dipakai kecuali di Perkantoran/ Perbankan dan Instansi Pemerintahan seperti Kelurahan.
_ _

4. Menurut kalian, situs Berbagi/ Komunitas/ Forum/ Blog apa saja yang sering kalian ikutin:
  1. Kaskus
  2. 4 Shared
  3. Detik Forum
  4. Wordpress
  5. Topmdi

Kalo Kaskus, sebagian besar udah pada hafal diluar kepala, dari Anak Sd hingga Ibu-ibu pun banyak yang ikut2an. 4Shared bagi yang hobi Download dan Upload file dan Mp3.
Tapi pas ditanya, Kompasiana? Mereka kebanyakan pada geleng-geleng kepala!
Apa itu Kompasiana??? Jawab mereka.
Ah, Ternyata mereka tidak mengenal dengan Kompasiana, salah satu situs paling populer di negeri ini sekaligus situs yang paling saya sukai. Ketika ditanya lebih lanjut, banyak yang bilang bahwa Kompasiana kesannya terlalu serius dan kaku. Bagi mereka yang awam dan butuh hiburan, jelas bukan termasuk pilihan.

12961821092098250071
Headline Kompasiana

_ _

5. Biasanya kalau kalian browsing memakai:
  1. Ponsel Nokia
  2. PC
  3. Ponsel Black Berry
  4. Ponsel Lokal
  5. Laptop
Banyak Responden memilih memakai Ponsel dibanding dengan PC, Laptop apalagi Tablet (Waduh, alat yang satu ini, dari 65 orang yang saya wawancarai, belum ada satupun yang mempunyainya).
Kelebihan Ponsel adalah simple, fleksibel bisa dibawa2, ringan gampang dimasukin ke saku baju atau celana meskipun kekurangannya enggak bisa buka file dan download yang berat2.
_ _

Itulah 5 dari total 17 wawancara yang saya lakukan. Untuk yang lainnya seperti Layanan Provider yang paling disukai, Situs lokal favorit, Anti Virus yang paling sering dipakai, Game Online paling keren. Serta lainnya yang berhubungan dengan Internet dan Telekomunikasi, akan saya lanjutkan pada tulisan yang akan datang.
Serta, saya mohon maaf, apabila ada salah kata dan penulisan. Maklum Polling ini saya buat karena sekadar ingin tahu apa yang orang disekitar saya lakukan di Internet. Dan, tulisan ini bukan Iklan untuk mempromosikan Produk tertentu atau bermaksud memojokkannya, tetapi hanya sebagai Referensi saja.

* * *

Minggu, 27 Februari 2011

Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara ( III ) Seminggu ditengah samudera lepas

Memasuki bulan Ramadhan, adalah saat-saat yang mendebarkan bagi saya. Karena tidak seperti tahun lalu saat buka, dan sahur kumpul bareng keluarga. Puasa tahun ini harus siap untuk jauh dari keluarga, dan pulangnya minimal seminggu sebelum Lebaran. Tidak enak sih, tapi namanya juga bekerja harus siap menerima dengan lapang dada.
Awalnya sih berat, karena saya setiap hari harus berada dipelabuhan yang panas dan banyak debu beterbangan. Sampai-sampai saya ingin buka puasa pada waktu jam masih pukul 13 siang! Untung saja saya diingatkan oleh teman, kalau tidak… mungkin saya sudah berlari menuju timbangan yang ada kantin. Tapi saat buka puasa, terasa nikmat sekali. Bahkan saya merasa ini adalah anugerah, bisa bertahan dari imsak hingga maghrib dengan kuat menghadapi godaan. Saat buka, kami langsung menuju ke pasar yang berada di simpang empat kota asam-asam. Disana langsung saja saya menghabiskan 3 gelas es kelapa dengan ditambah sepiring nasi padang pakai lauk ayam bakar! Teman saya jadi kaget, sampai-sampai dia bilang ke saya, “kamu, puasa atau dendam???”
Saya hanya tersenyum sambil mengangguk kecil tanda entah setuju atau entah saya lagi tanggung dengan kegiatan yang sangat mengasyikkan ini. Setelah kenyang, kami istirahat sejenak untuk segera melanjutkan Sholat Taraweh di Masjid. Untungnya Sholat Taraweh disana sangat singkat, 11 Rakaat dengan bacaan yang pendek. Setelah selesai kami pulang, dan semalaman kami tidak ada yang tidur, semua pada bergadang. Entah main domino, main internet, atau seperti saya nelpon Orang tua, karena terus terang saya kangen juga akan suasana Puasa di Kampung halaman…
zz
di tambang
Nah saat sahur ini yang menarik, karena saya yang paling kecil di mes. Maka saya disuruh oleh Habib untuk pergi beli makanan jam 02 dini hari bersama seorang teman. Mending kalau naik mobil tapi ini hanya naik sepeda motor! (Kebetulan Mobil Taft Rocky yang biasa kami pakai sedang rusak, Hidrolik pecah dan gardannya sedang bermasalah, terus diservis di bengkel sejak seminggu yang lalu). Ga bisa dibayangkan, naik sepeda berdua saat tengah malam buta didaerah yang sama sekali asing bagiku. Untung saya ditemani oleh Wanto, seorang Melayu keturunan Jawa dari kedua Orang tuanya. Uuups benar-benar dingin udara di malam ini dan juga lumayan gelap. Untung bulan puasa, kalau hari biasa saya bisa merinding  keluyuran tengah malam begini…
Selama disana saya hanya sanggup puasa sekitar 11 hari, sisanya tidak kuat dan memang tidak niat (entah karena tidak sahur atau pekerjaan yang berat). Kemudian pada tanggal akhir September datang kapal untuk melakukan Loading, memuat 8000 ton batubara untuk diangkut ke Cirebon. Setelah selesai memuat, saya langsung ikut di Tug Boat. Karena sudah tidak kebagian tiket pesawat dan juga Lebaran sudah tinggal beberapa hari lagi. Mau tidak mau, saya harus pulang dengan tongkang itu, daripada Lebaran tidak berkumpul dengan keluarga.
Hari selasa setelah selesai memuat batubara dan dilakukan pengukuran oleh surveyor (Final Draft), tug boat berangkat dari Pelabuhan, perkiraan sekitar satu minggu saya akan mengarungi samudera lepas. Benar-benar membayangkan pun tidak pernah, apalagi mimpi seperti ini. Tapi inilah kenyataan yang harus saya hadapi, pergi dengan Pesawat dan pulang menumpang kapal Tongkang…
rr
saat melakukan final draft
Hari pertama disamudera lepas sungguh tidak mengenakkan, saya benar-benar mengalami apa yang dinamakan mabok laut. Ombak yang besar sering menghantam kapal yang kecil tapi bisa menarik muatan 12.000 ton. Belum lagi kalau hujan, semua terasa ngeri untuk dibayangkan. Saya hanya bisa tiduran dibawah dek kapal sambil berdoa semoga tidak terjadi apa-apa. Anehnya Kapten, Chief dan Awak kapal lainnya tidak merasa apa-apa, mungkin karena sudah biasa jadi mereka santai menghadapi masalah seperti ini. Beda dengan saya yang baru kali ini menyeberang laut luas dengan kapal yang kecil. Sebenarnya saya sering juga naik kapal atau feri, tapi semuanya kapal besar dan jarak tempuhnya tidak begitu lama paling hanya 2-3 jam. Seperti yang sering saya alami saat menyeberang dari Merak menuju Bakauheni, dari Gilimanuk ke Surabaya, atau dahulu dari Batam ke Dumai.
Saya sampai tidak bisa makan selama beberapa hari, sebab setelah menelan nasi badan saya menjadi mual akibat kapal yang bergoyang terus. Padahal masakan didalam kapal sungguh lezat, koki pandai sekali membuat masakan yang membuat semua awak kapal makan dengan nambah, kecuali saya.
Kegiatan selama di Tugboat tidak ada, hanya menghitung  hari supaya cepat sampai ke rumah dengan selamat. Sesekali saya foto-foto pemandangan di laut, dan yang menarik saat banyak ikan lumba-lumba yang berlompatan ketika kami melewati pulau Karimun Jawa di sebelah utara Semarang. Sungguh keren dan sangat indah pemandangannya, tidak menyesal juga saya harus mengikuti kapal ini.
Kalau malam hari saya paling hanya melihat tv dan menonton beberap awak kapal yang main kartu domino untuk membunuh waktu. Sambil sesekali saya mencicipi minuman beralkohol. Yuupz, mendengar kata Alkohol saya jadi mengingatnya, karena dari 2 lemari es yang ada di kapal, satu untuk menaruh daging dan sayuran, dan satunya lagi khusus untuk menaruh minuman berbagai jenis, hingga penuh! Benar-benar hobi minum orang yang ada disini, pikirku saat pertama kali membuka lemari es yang berisi minuman beralkohol semua, semuanya tersedia dari yang berharga murah hingga perbotol sekitar jutaan rupiah, dan dari yang kadar alkoholnya 0,5% sampai yang murni 100% alkohol…
Tapi itulah manusia, meskipun sudah terbiasa dilaut dan sering menghadapi badai, namun disaat tertentu mereka juga merasakan apa yang disebut dengan mabuk laut. Dan kalau begitu, mereka langsung meminum minuman alkohol untuk menghilangkan rasa mual.
Saat pertama kali melihat Gunung Ciremai dari kejauhan, perasaan saya sungguh girang tak terhingga. Berarti sudah hampir sampai pelabuhan Cirebon, dan tidak lama lagi saya bisa berkumpul dengan keluarga…

* * *

Kisah selanjutnya:
- Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara (  I  )  Antara Jakarta, Bandung dan Cirebon
- Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara ( II ) Batubara = Barang Tuhan Bagi Rata?
- Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara (  IV  ) Parang itu hampir mengenaiku
- Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara (  V  ) Suara-suara dari Sumur Tua
 

Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara ( II ) Batubara = BArang TUhan BAgi RAta???

Akhirnya saya tiba di Bandara Syamsudin Noor dengan selamat. Setelah melintasi Lautan Jawa yang luas, huuf sampai juga ke Bumi Borneo ini. Kemudian saya bersama Ara (Teman satu perusahaan) dijemput oleh Wanto (Perwakilan dari perusahaan yang Join dengan perusahaan Bos kami). Kami jalan jalan sejenak untuk merasakan kota Banjarmasin diwaktu malam hari, tidak lupa mencicipi rasa Soto Banjar yang terkenal lezat itu. Sambil sesekali cuci mata melirik gadis-gadis Melayu disebuah jembatan panjang dekat Masjid raya. Setelah puas keliling, kami memutuskan untuk beristirahat di Hotel Banjarmasin Indah, salah satu hotel paling mewah di kota seribu sungai (bintang 3*).

Esoknya pada pukul 11, kami berangkat menuju kota Asam-asam yang berada di kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut. Kami bertiga mengendarai sebuah mobil Taft keluaran tahun 1994. Saya hanya geleng-geleng kepala saat Wanto mengemudikannya dengan kecepatan hampir 100 km/jam. Saat melihat-lihat pemandangan melalui jendela, saya merasa aneh sebab sepanjang jalan tidak ditemui pegunungan yang tinggi alias datar saja, beda saat melewati Jakarta – Bandung via Puncak atau Tol Cipularang yang dikelilingi banyak bukit dan gunung. Saat melewati Kota Plaihari hujan sangat deras ditambah dengan jalanan yang berlumpur, sampai beberapa kali mobil kami hampir terperosok masuk parit! Untung Wanto sang pengemudi sangat lihai, mirip Juan Pablo Montoya di F1. Dan lagi terbantu oleh Double Gardan, entahlah jika kami hanya memakai mobil kijang atau lainnya, bisa-bisa malah terperosok beneran.

Mes
Mes di Asam-asam
Kami sampai di Mes pada pukul 16 sore, langsung disambut oleh Karyawan dari perusahaan Wanto bekerja. Disana kami berkenalan dengan Habib Wai (Habib = orang yang dituakan/ orang yang sangat dipandang), terus langsung disuruh makan sama Acil (Bibi bahasa sana). Kaget juga saat melihat sekeliling rumah besar yang dijadikan mes ini. Sebelah kanan rumah hutan, sebelah kiri hutan, belakang juga hutan bersebelahan dengan sebuah sumur tua yang entah sejak kapan tidak terpakai, yang kata teman-teman sangat angker… (Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara ( V ): Suara-suara dari Sumur Tua*).
Ditambah lagi dengan halaman rumah yang luas serta berjarak sekitar 100 meter kearah jalan raya, untungnya jalan raya itu selalu ramai dilewati kendaraan karena termasuk jalan Provinsi yang menghubungkan Banjarmasin dan Balikpapan.

Esok paginya kami langsung berangkat ke pelabuhan, jaraknya dari mes sekitar 15 km, dan kalau melalui mobil sekitar 15 menit, tapi jika memakai sepeda motor bisa satu jam lebih. Karena jalan yang dilewati adalah jalur truk pengangkut batubara yang hilir mudik setiap saat tanpa henti. Di pelabuhan saya langsung menuju ke stokpile tempat batubara kami ditumpuk serta langsung melihat-lihat kondisi di sekeliling dermaga. Oh ya, di Asam-asam terdapat beberapa Pelabuhan Batubara seperti Cenko, DTBS, KSO dan serta  pelabuhan lainnya. Dahulu menurut cerita Kawan saya, pelabuhan-pelabuhan itu aadalah bekas pelabuhan kayu. Berhubung sekarang sudah sepi, maka banyak yang dialihfungsikan menjadi pelabuhan batubara.

dalam tongkang di pelabuhan
Berfoto di Tongkang dalam Pelabuhan
Di dalam pelabuhan biasanya saya mencatat truk yang masuk di timbangan serta mengawasi persediaan batubara di stockpile yang kami sewa. Karena kalau tidak ada yang mengawasi disana rawan akan pencurian, seperti seorang teman baru yang ditugasi oleh perusahaannya bercerita bahwa sore tadi ia melihat tumpukan batubaranya sudah menggunung, tapi entah bagaimana. Selepas Isya tiba-tiba gundukan batubaranya menjadi sedikit dan terlihat bekas jejak kedukan alat berat (Loader*). Mungkin karena ditinggal sebentar olehnya, ada seseorang yang mengambil batubara tersebut. Entah Operator Nakal atau Pengumpul batubara ilegal yang kemudian dijual kembali dengan harga tinggi.

Tapi itulah Batubara, yang banyak orang mengatakan sebagai “Barang Tuhan Bagi Rata”…
Saya juga mendengar bahwa banyak Pengusaha baru yang tertipu saat membeli batubara dalam pelabuhan. Ceritanya begini, jika ada beberapa orang yang melihat tumpukan batubara di pelabuhan, saya contohkan sebagai si C, kemudian tertarik karena  kalori tinggi serta sulfur yang rendah (saat dites ke lab). Terus ia ingin membelinya dengan orang yang mengawasi batubara tersebut, si B. Nah saat itu, ia tak sadar kalau orang yang mengawasinya ternyata bukan asli perwakilan dari perusahaan tersebut. Hanya orang yang suka menipu dan memanfaatkan kelengahan dan ketidak tahuan calon pembeli. Kemudian saat transaksi semua sudah selesai dan si C yang membeli batubara itu ingin mengangkutnya kedalam tongkang, tiba-tiba ada yang mencegahnya. Dan yang mencegahnya tak lain adalah orang yang benar-benar mempunyai tumpukan batubara tersebut (si A) sedangkan orang yang mengaku sebagai pemilik batubara sebelumnya adalah fiktif belaka (si C). Karena diantara Sang pembeli dan Pemilik batubara yang sebenarnya tidak ada yang mau mengalah, maka polemik ini diselesaikan dengan surat asli dari pelabuhan, bahwa pemilik asli batubara ini adalah si A dan bukan si C yang bertransaksi dengan Bos tersebut. Hingga akhirnya lemas lunglai perasaan Pengusaha (si B) tersebut. Karena sudah banyak keluar uang yang tidak sedikit untuk membeli batubara itu. Seperti yang saya tahu, batubara per ton sekitar rp 300 ribu, kemudiana biaya surveyor, biaya angkut dari pelabuhan, belum lagi biaya sewa tongkang yang mencapai rp 400rb untuk sekali angkut ke Pulau Jawa (tahun 2007*). Ya itulah sisi lain dari bisnis batubara, banyak yang sukses tetapi lebih banyak lagi yang gagal.
Sepertia ada ujar-ujar, bahwa seorang Pengusaha dari Jawa yang ingin belajar Ulun dan Pian (bahasa sananya aku, kamu*) Itu tidak gampang dan harus mengeluarkan uang ratusan juta rupiah. Itu hanya kata kiasan disana, tetapi memang benar, kalau tidak bisa pandai-pandai beradaptasi bisa-bisa tertipu seperti yang saya ceritakan diatas!

* * *

Kisah selanjutnya:


- Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara (  I  )  Antara Jakarta, Bandung dan Cirebon


- Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara (  III  ) Seminggu ditengah samudera lepas


- Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara (  IV  ) Parang itu hampir mengenaiku


- Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara (  V  ) Suara-suara dari Sumur Tua