Jumat, 18 Maret 2011

Ironi Seorang Kupu-kupu Malam...

dosakah yang ia kerjakan
sucikah mereka yang datang
kadang dia tersenyum dalam tangis
kadang dia menangis didalam senyuman...


Irma tersenyum senang, saat salah satu pelanggan setianya, Pak Rizal memberi segepok uang ratusan ribu rupiah. Dengan sumringah ia berkata "Terima kasih Om, atas kunjungan yang luar biasa ini, semoga Om Rizal senang dengan apa yang saya berikan malam tadi..."

Pak Rizal pun melayangkan pujian kepada Irma, dan sebelum ia pergi tak lupa mengecup pipi kiri dari Irma, sembari berkata "He he he, saya suka dengan service yang kamu berikan. Lusa nanti saya akan balik lagi, kalau bisa lebih hot daripada malam ini. Ok."

Dengan langkah lebar, Rizal keluar dari kamar hotel dan segera pergi ke kantornya di kawasan Sudirman untuk kembali bekerja seperti biasa.

Sedangkan Irma, hanya bisa memandang kearah pintu hotel dengan bibir tersenyum, tetapi tatapan matanya menerawang jauh kedepan...

 * * *

Jakarta, Desember 2009.

Awal mulanya, Irma tidak percaya akan sikap Ardi, kekasih yang sangat dicintai sejak 2 tahun lamanya. Dengan mudahnya, Ardi meninggalkan Irma disaat usia kandungannya sudah mendekati 7 bulan. Padahal, akibat pergaulan bebas mereka berdua yang kebablasan, Irma sudah banyak menderita lahir maupun batin. Seperti dikeluarkan dari Kampus, dijauhi teman teman sepergaulan, dan yang lebih parah adalah diusir oleh Orang tuanya, ketika mengetahui Irma hamil sebelum menikah. Saat itu perasaan Irma sangat hancur, dan hampir bunuh diri kalau saja tidak dicegah oleh Ardi. Ardi pula yang meyakini bahwa ia siap bertanggung jawab dengan menjadi Ayah dari bayi yang dikandungnya itu. Tapi itu dahulu, sekarang sikap Ardi sudah berubah seratus delapan puluh derajat. Dengan teganya, Irma dicampakkan bagai seonggok sampah yang sudah terbuang di pinggir jalan.

Irma hanya bisa mengelus dada, saat itu pikiran utamanya adalah bagaimana ia dapat menghidupi bayi yang dikandungnya, dan ketika ia melahirkan nanti.

Ia harus mencari nafkah sendiri, karena Orang tua maupun keluarga sudah menutup pintu untuk menerimanya kembali. Hingga akhirnya ia gelap mata, dan memulai suatu tindakan yang sangat tidak disetujui oleh nuraninya:

Yaitu menjadi seorang Pelacur...

Tiada pilihan lagi, karena berbagai cara sudah dilakukan Irma demi sesuap nasi. Ia pernah melamar menjadi sekretaris di berbagai perusahaan, karena ia mempunyai bekal pernah kuliah. Tetapi satupun tiada yang diterima, mungkin karena melihat penampilannya yang sudah berbadan dua. Dan tidak memungkinkan untuk melakukan pekerjaan. Ia juga pernah menghubungi Ardi dan mendatangi rumahnya, sayang keluarga Ardi sudah pindah ke luar kota, karena tidak mau mendapat aib darinya. Bahkan untuk menghidupi dirinya sehari - hari ia sering mendatangi teman-teman lama yang simpati kepadanya, dan meminjam uang dari mereka. Tapi itu hanya sememntara, dan tidak bisa berlangsung lama.

Sampai suatu ketika, ia bertemu dengan Neyla, teman sejak sekolah menengah dulu,  yang juga bernasib sama dengannya. Kemudian Neyla memberikan sebuah Alternatif untuk bertahan hidup dari kerasnya kota Jakarta ini, yaitu sebagai Kupu-kupu malam...

Meskipun, awalnya Irma tidak ingin, tetapi setelah berpikir panjang dan merenungkan bagaimana caranya supaya nanti ia bisa mempunyai uang untuk biaya persalinan kelak...



kupu-kupu liarku terbanglah kepadaku
hinggaplah dihatiku dan hisap sari cintaku
biar indah tubuhku dijamah-dijamah orang-orang
tapi cinta tulusmu
harus jadi milikku...


* * *

Bersambung...




________________________________________________________________________
Lirik Lagu: Peterpan dan Slank
Gambar: Google
*Tulisan ini tidak bermaksud untuk Memvonis atau menyerang pribadi seseorang. Hanya curahan hati seorang kawan yang kini terperosok dalam lembah hitam.
________________________________________________________________________

Kamis, 17 Maret 2011

Seri Wayang I - Tiwikrama Sri Kresna Yang Menggemparkan Alam Semesta

Prolog


Meskipun aslinya adalah Manifestasi dari Batara Wisnu, sebenarnya Sri Kresna sendiri mempunyai sifat yang sabar, ramah, adil dan bijaksana.


Tapi, entahlah jika Ia sudah tidak bisa menahan amarah lagi, lalu melakukan Tiwikrama.

Akan hancurkah, bumi, khayangan dan seisinya...?

* * *


Adu argumentasi terjadi didalam Istana Negara Hastinapura, debat kusir yang berkepanjangan sungguh memuakkan banyak khalayak ramai. Presiden Duryodana betul-betul kepala batu. Sudah jelas, Sri Kresna datang sebagai utusan yang membawa mandat dari PWW (Persatuan Wayang-Wayang). Padahal menurut hemat Ketua Majelis Perwayangan, Resi Bisma, dan Ketua Dewan Perwakilan Wayang, Arya Widura. Tindakan yang dilakukan oleh Presiden Duryodana sangatlah salah dan  menyalahi aturan. Bahkan Arya Widura, yang masih terhitung paman Duryodana, sempat membentaknya karena tidak mengindahkan nasehat dari Resi Bisma.

"Duryodana, perkataanmu sungguh keterlaluan, dan bukan tindakan seorang Presiden yang sangat menyayangi rakyat! Saya sebagai Paman tidak merestui sama sekali..."

Tapi ditanggapi dengan dingin, oleh Duryodana. "Maaf, Paman. Sekalipun Anda masih terhitung sebagai Keluarga, dan merupakan angkatan yang lebih tua dari Saya, tetapi sekali lagi maaf. Dalam Pemerintahan Negara Hastinapura, Sayalah yang Berkuasa. Berkuasa segala-galanya, meliputi Darat dan Laut serta Udara. Dan Posisi saya jauh lebih tinggi daripada Paman yang hanya ketua Dewan Perwakilan Wayang, serta Kakek Bisma, yang posisinya sebagai Ketua Majelis Perwayangan..."

Akhirnya, karena Bete mendengar perkataan yang sombong dari Duryodana, si Presiden lalim. Sri Kresna langsung menatap dengan geram, dan melayangkan pertanyaan terakhir.

"Presiden Duryodana, Maaf saya bertanya sekali lagi kepada Anda. Maukah Anda untuk berdamai dengan Pandawa, dan mengembalikan Hak mereka?"

Dengan memandang wajah Perdana Menteri, Patih Sangkuni. Duryodana kemudian berkata "Maaf juga untuk Tuanku Sri Kresna, wahai titisan dari Batara Wisnu. Tetapi, kami dari pihak Kurawa, tidak akan mengembalikan negara ini kepada Pandawa, walaupun sejengkal tanah. Dan juga, meskipun seluruh Rakyat yang ada disini menginginkan Referendum untuk berpisah dari Negara Hastinapura. Tidak akan saya izinkan mereka bergabung dengan pihak Pandawa. Titik."

Sri Kresna hanya mampu memandang jauh kedepan, membayangkan ia sedang berhadapan dengan manifestasi dari Penguasa negara kegelapan Alengka terdahulu, Presiden Rahwana. Dan akhirnya, setelah lama terdiam, Sri Kresna kemudian buka suara. "Wahai, Presiden Duryudana, perbuatanmu hari ini akan dicatat oleh seluruh Dewa yang ada di Khayangan dan Bumi. Dan, Tetua disini akan menjadi saksi atas perkataanmu. Semua ucapanmu akan Engkau pertanggung jawabkan di kemudian hari. Saya akan memberitahukan keputusanmu kepada Pandawa!".

Akhirnya, Sri Kresna meninggalkan gedung pertemuan menuju ke sebuah aula yang ada di Istana Presiden. Sri Kresna, kemudian berdiri ditengah-tengah taman itu. Tampak matanya bersinar, tanda amarahnya sedang memuncak. Tiba-tiba muncul raksasa sebesar Gunung yang merupakan Tiwikrama dari Batara Wisnu jika amarahnya tak tertahankan lagi...


1300303672629886543
Tiwikrama Sri Kresna

Kehadiran raksasa ini membuat seluruh kerajaan Hastina menjadi gempar dan ketakutan. Para Kurawa dan Sangkuni mencari tempat yang gelap untuk bersembunyi. Tiwikrama juga membuat kegemparan di Khayangan, Para Dewa juga menjadi khawatir dan segera turun ke bumi untuk melihat Sri Kresna yang sedang marah.

Sampai-sampai Batara Indra dan Batara Bayu hanya dapat menghela nafas dan berkata, "Jika Sang Wisnusudah menampakkan dirinya dan meluapkan amarah, maka seluruh dunia dan khayangan menjadi gempar. Bahkan seluruh kekuatan Dewa, Manusia serta raksasa jika dikumpulkan menjadi satu tetap tidak dapat mengalahkan apalagi menghentikannya..."

* * *

Bersambung...


_______________________________________________________
Sumber Nama: Wikipedia
Sumber Foto: Google/ wayang.wordpress.com
_______________________________________________________

Tulisan - tulisan yang terkait:
- Seri Wayang II - Tiwikrama Sri Kresna Yang Menggemparkan Alam Semesta
- Wayang, Simbol Budaya Indonesia yang Terlupakan
- Batara Kala, antara Sang Dewa dengan Raja Kegelapan...
- Antareja, tokoh manusia terkuat di dunia wayang?
- Arjuna, Ketampanan yang memikat (seribu) Wanita

Senin, 14 Maret 2011

Gadis bernama len...

Sumatera Barat...


len...

hanya tiga huruf kecil
yang selama ini selalu membelenggu hatiku
entah mengapa dalam beberapa tahun belakangan ini
selalu saja terbayang tentang dirimu

Sumatera Barat, 5 Agustus 2008

sungguh, aku sama sekali tidak menduga
bahwa pertemuan yang biasa saja
berakibat luar biasa...

senyum_mu yang manis
tawa_mu yang renyah
dan kerlingan mata_mu
yang terasa indah
meski sedikit sendu...

walau pertemuan itu hanya pertama dan (mungkin) yang terakhir
tapi,
sungguh ku tak menyesalinya...

tiada perjamuan yang tak berakhir:
tiada pertemuan tanpa perpisahan
mengapa harus meratapi perpisahan
kalau mengharap pertemuan?

ataukah dengan perpisahan
kita baru mengerti
akan artinya pertemuan...

atau...

* * *