Sabtu, 03 September 2011

Serial Ramadhan: Lebaran Cuma Sehari, Sibuknya Berbulan-bulan...!S

Ayah, kenapa sih semua orang pada mikirin Lebaran? Teman-teman Imam pada sibuk beli baju baru.
Terus juga ada yang kebingungan mau pake sepatu apa.

Emangnya kalo Lebaran itu harus memakai pakaian yang (Serba) baru???

13141149431886416694
Suasana menjelang Lebaran
Suara adzan berkumandang di sebuah Musholla dekat perkampungan padat penduduk di ujung barat Jakarta.
"Ayo baca doa dulu sebelum buka puasa, jangan lupa minum teh manisnya baru makan nasi" Berkata Ayah Imam kepada anaknya sesaat setelah mendengar suara adzan.
"Alhamdullilah, akhirnya Imam kuat juga puasa hari ini. Padahal tadi siang, panasnya minta ampun Yah, mana di jalan banyak orang yang pada ngeselin lagi..." Imam terlihat ceria, setelah meneguk segelas teh manis hangat.
"Ya, itukan ujian Mam. Justru itu sebenarnya makna Berpuasa. Yaitu tidak hanya menahan Lapar dan Haus saja, tatapi juga harus kuat menahan Hawa Nafsu, termasuk Amarah..." Jawab sang Bunda menimpali.
"Gimana tadi, korannya laku semua ga Mam?" Lanjut Ayah Imam lagi.
"Lumayan Pak, cuma sisa sedikit. Oh ya, tadi Imam dikasih uang lima puluh ribu dari Koh Acong, katanya buat beli baju lebaran..."
"Wah, berterima kasih sekali kita sama Koh Acong. Ia orang nya baik banget, Beruntung kamu kerja di kios koran beliau" Jawab sang Ayah sembari menyendok nasi.
Didalam sebuah rumah petak berdinding kayu di sebuah gang kumuh, terdapat keluarga kecil nan bahagia sedang menikmati saat berbuka puasa. Ridwan sang Ayah sekaligus Kepala rumah tangga yang bekerja sebagai sopir metromini jurusan Pulogadung-Kalideres, nampak dengan lahapnya memakan hidangan berbuka. Disampingnya ada Heni, sang Ibunda Imam yang sehari-hari bekerja sebagai buruh cuci di kompleks perumahan dekat tempat tinggal mereka. Bersama Safwah Adelia, adik Imam yang masih berusia 5 tahun terlihat sedang asyik menyeruput segelas teh.
Imam yang sekarang sudah kelas 5 SD memang anak yang rajin, dari kecil sudah membantu orang tuanya. Entah itu dagang Koran, jualan Pempek berkeliling kampung, juga terkadang jualan Petasan. Sungguh Suasana berbuka puasa yang sangat khusyuk, keluarga kecil dengan tempat tinggal yang juga kecil dan lauk berbuka yang sederhana. Hanya ada satu teko teh manis hangat, sebakul nasi, sepiring tempe orek dan beberapa butir korma. Menambah syahdunya waktu berbuka...


*  *  *

"Yah..." Ujar Imam membuka pembicaraan.
"Kenapa Nak?" Jawab sang Ayah.
"Imam bingung banget Yah, waktu di sekolah tadi teman-teman pada rame semua mikirin Lebaran."
"Lalu" Jawab sang Ayah pendek.
"Iya, Imam bener-bener bingung. Soalnya semua teman pada ribut mikirin buat baju lebaran, ada yang lagi kepusingan buat beli sarung, terus juga ada yang lagi mikirin buat beli baju Koko..."
Sang Bunda yang sedang makan, akhirnya menoleh ke arah Imam saat mendengar perkataan yang barusan lewat ini.
Tak lama kemudian Imam kembali melanjutkan,
"Ayah, kenapa sih semua orang pada sibuk mikirin Lebaran?
Teman-teman Imam pada sibuk beli baju baru.
Terus juga ada yang kebingungan mau pake sepatu apa.
Emang Kalo Lebaran itu harus memakai pakaian yang baru???"


*  *  *

"Tidak semuanya itu, Mam..." Jawab sang Ayah, setelah lama termenung mendengarkan keluh kesah anaknya.
"Lagian yang terpenting itu bukan Lebaran, tetapi Puasanya dan juga Zakat Fitrah. Percuma kan, kalo Lebaran pake baju baru, namun puasanya bolong-bolong." Ucap sang Ayah menjelaskan.
Kemudian sang Ibu pun turut bersuara, "Mam, benar kata Ayahmu itu, Lebaran ga hanya pakaian baru. Tapi Hati yang baru. Kalau kita mampu dan ada rezeki, bolehlah kita beli baju baru. Tapi kalau tidak ada uang, apa yang harus dibeli?. Lagian toh, pakaian kita yang lalu masih pada bagus, dan untuk Sholat Ied cukup saja dengan memakai baju Koko peninggalan tahun kemarin yang masih bersih, tidak harus baru" Jawab sang Bunda panjang lebar.
"Tapi, Ayah - Ibu, aneh juga ya. Kan Lebaran cuma sehari. Bahkan hanya 2 jam, dihitung dari jam 7 kita Sholat Ied hingga jam 9 selesai sungkeman keliling kampung, tetapi kenapa ya orang-orang pada sibuk memikirkannya dari bulan-bulan sebelumnya...?" Lanjut Imam dengan pertanyaan khas anak kecil nan polos.


*  *  *

Sementara itu, di salah satu Mall terkenal di jantung kota Jakarta.
Terlihat kawanan Abg sedang mencoba beberapa pakaian di salah satu butik kelas atas.
"Sher, lihat deh gaunnya bagus banget ya? Cocok ne dipake Lebaran buat sungkeman ke rumah Calon mertua" Kata salah seorang gadis remaja kepada kawannya.
"Hah, ga salah lo! Itu udah kuno, kaleee! Lagian modelnya, ih... Amit-amit banget, mirip yang dibeli pembokat gw di mangga dua..." Jawab kawannya sambil cengengesan.
"Tapi kan, serasi banget sama mukena yang Nyokap gw beliin.Udah gitu, ini lagi diskon 20%..." Gadis Abg yang sedang menjajal pakaian itu terlihat antusias sekali.
"Lo lihat deh, harganya. Cuma tiga ratus ribu...! Masak lebaran lo pake baju murahan kayak gitu, yang lebih mentereng dong. Biar bisa dilihat keluarga dan kawan-kawan semua. Lagipula, Lebaran itu Setahun sekali, jadi wajar dong kalo kita  terlihat mewah...!"


*  *  *





 * * * * * * * * Choirul Huda * * * * * * * *
___________________________________________________________________

Foto: ilustrasi Kompas.com
Note: hanya mewakili sedikit penafsiran, tergantung dari sudut mana membacanya...
___________________________________________________________________


Serial Ramadhan Lainnya:

- Ramadhan, Hukum Rimba di Jakarta menjelang waktu "Berbuka" Puasa...

- Ramadhan, Antara Sepinya Lokalisasi dan PSK yang Mudik

- 17 Agustus: Hari Kemerdekaan yang Rakyatnya sama sekali Belum Merdeka...!

- Geliat Pedagang Nanas menjelang Lebaran (I)

- Ramadhan, Metamorfosis Sebelum Bulan Puasa, Saat ini dan Setelah Lebaran...

- Ramadhan, Mudik Naik Motor untuk Mengirit atau malah...

- Ramadhan, Brakkk. Pergi mencari Gelar: Pulang tinggal Nama…

- Antara Lebaran, Leburan dan Liburan?





 
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬۩۞۩▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Selamat Hari Raya IDUL FITRI 1432 H Mohon Maaf Lahir & Batin
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
۩۞۩▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
 

Kamis, 01 September 2011

Ramadhan, Hukum Rimba di Jakarta Menjelang Waktu "Berbuka" Puasa…


Semrawutnya, Jakarta...


"Memangnya kamu doang yang puasa, orang lain juga pada puasa. Saya juga puasa, tapi kamu harus menghormati pengendara lain juga. Jangan mentang-mentang kamu puasa terus mau dihormati yang tidak puasa, justru yang puasa itu seharusnya Menghormati orang yang tidak berpuasa..."

Pukul 17:25 wib.
Di suatu jalan raya di daerah Senen, Jakarta Pusat.
Braak...!
"Anj**g lo! Punya mata lihat-lihat dong! Masak, mobil segini gedenya ga kelihatan. Liat ne, body mobil gw jadi penyok. Lo mesti, tanggung jawab!" Ucap pengemudi sebuah mobil sedan mewah, terlihat kesal sembari memaki saat mobilnya terserempet remaja yang mengendarai motor.
"Lagian siapa suruh, lo punya mobil ga maju-maju. Tuh lihat, udah hijau dari tadi. Bukannya jalan, malah berhenti!"
"Eh, sial lo. Tunggu..." Pengemudi mobil itu terlihat naik pitam, dan langsung bergegas melepas seat belt terus turun dari bangkunya untuk menghampiri sang pengendara motor.
Namun, sebelum melangkah keluar. Sang pengendara motor itu sudah tancap gas duluan.
Ngeeng, ngeeng...
"Bodo amat, gw buru-buru mau buka!" Sambil ngeloyor pergi meninggalkan pengemudi yang sedang marah itu, sang pengendara motor meninggalkannya seolah tanpa dosa.
Hanya tinggal pengemudi mobil yang cuma bisa mengelus dada, tak tahu harus berkata apa lagi. Sementara itu, dari arah belakang terdengar rentetan bunyi klakson pertanda mobilnya jangan melintang di tengah jalan.


*  *  *

"Wah, macet banget Bos. Kita lewat mana sekarang?" Ucap Wanto, sang sopir kepada Atasannya di persimpangan jalan Dewi Sartika.
"Yaah, To. Jam segini di Jakarta, mana ada yang tidak macet. Apalagi sekarang bulan puasa, orang-orang mau pada buka puasa. Mana ada yang mau ngalah..." Jawab Syamsudin dengan lugas. Atasan yang satu ini memang terkenal sabar, apalagi ia juga sedang puasa harus banyak-banyak menahan amarah.
"Apa bagusnya kita lewat jalan Condet saja Bos? Itu kan jalan kecil, siapa tahu aja ga begitu macet." Ujar Wanto memberikan alternatif kepada Syamsudin.
"Sama aja To, apalagi lewat jalan setapak itu. Malah yang ada kita terjebak macet, ga sempat Taraweh kita..."
Belum sempat Syamsudin melanjutkan perkataannya, tiba-tiba dari arah depan terdapat sebuah angkot yang menyalip dan berhenti di tengah jalan.
Ngiiiiikkk....
Deru suara rem, memekakkan telinga. Kalau saja mobil mereka tidak ada Airbag, mungkin tubuh Syamsudin dan Wanto sudah mencelat keluar jendela.
"Astagfirrullah..." Dengan jantung yang berdebar, Syamsudin mengucap sembari menghela nafas.
"Sopir Bang**t!!!" Maki Wanto naik darah, langsung saja ia keluar dari mobil, meskipun dicegah oleh atasannya namun tetap tidak mempan.
Biasanya Wanto selalu menurut apa kata Syamsudin, namun untuk yang satu ini karena kelewat kesal. Maka ia sama sekali tidak mengindahkan ucapan atasannya itu. Malah sambil menarik kerah baju sang sopir angkot, kemudian ia memberikan ketupat bengkulu yang bertubi-tubi terhadap sopir yang juga masih muda. Hingga terjadilah perkelahian ditengah jalan saat tujuh menit lagi menjelang buka puasa...


*  *  *

"Ah, To. Kenapa ga mau sabar, padahal sedikit lagi sudah mau buka, sia-sia saja kamu menahan lapar dan minum dari subuh, kalau akhirnya tidak bisa mengendalikan hawa nafsu." Berkata Syamsudin kepada Wanto, setelah perkelahian dilerai oleh massa.


*  *  *

Beberapa hari kemudian.
"Yah, Aris mau ngabuburit dulu ya. Ntar pulangnya kalo udah mau buka"
Berkata, Aris kepada ayahnya.
"Hati-hati, jangan ngebut. Lihat kanan kiri kalau mau belok" Jawab Sopian menasehati anaknya agar tidak ugal-ugalan.
"Iya", sahut Aris sembari keluar dari gang rumahnya berbarengan dengan rombongan kawannya untuk berkeliling Ngabuburit.


*  *  *

13140257551334368629
Macet, macet, dan macet...
Tidak berselang lama, di tikungan depan sebuah Pusat perbelanjaan besar di kawasan Tanah Abang.
Hampir saja sepeda motor miliknya menyerempet sebuah truk, kalau saja tidak membanting stir. Mungkin motor beserta Aris sudah tidak remuk menjadi perkedel. Kawan-kawan Aris langsung mengerubuti sang sopir, terlihat sang sopir yang sudah berumur tampak keheranan mengerutkan kening.
"Pak, pelan-pelan dong bawa mobilnya. Gimana ne, teman saya jadi lecet semua" Berkata salah satu kawan Aris menuding kearah Bapak Sopir.
"Lho, kok saya yang disalahin? Sudah jelas kalian yang pada ngebut, di jalan raya kok bawa motor ugal-ugalan. Untung saja saya keburu membanting stir, kalau nggak..." Sahut sang Bapak Sopir dengan sabar.
"Kami bukannya ngebut Pak, tapi lagi mengejar waktu buat berbuka puasa..." Akhirnya Aris menjawab lirih menahan sakit, sembari merangkak bangun dengan dipapah kedua temannya.
Sopir tua itu hanya bisa menggelengkan kepala, setelah termenung sejenak akhirnya ia berkata:
"Memangnya kamu doang yang puasa, orang lain juga pada puasa. Saya juga puasa, tapi kamu harus menghormati pengendara lain juga.
Jangan mentang-mentang kamu puasa terus mau dihormati yang tidak puasa, justru yang puasa itu seharusnya Menghormati orang yang tidak berpuasa...
Semua orang juga pengen cepat-cepat buka, tapi bukan begini caranya. Lihat akibat ulah kamu, semua kena dampaknya Truk saya jadi nyungsep ke pembatas jalan. Tadinya rencana kamu buka puasa dirumah, akhirnya malah buka puasa dijalan. Dan juga harus mempertanggung jawabkan kelakuan kamu, kepada pihak yang berwajib karena telah membuat kemacetan..."


*  *  *

Dari jauh, terdengar sayup-sayup suara Adzan menggema di pinggir jalan...

*  *  *



* * * * Choirul Huda * * * *
___________________________________________________________________

Foto: diambil via Kompas Images 1 & 2
Note: Hanya sedikit pengalaman pribadi, tidak lebih...!
___________________________________________________________________

Serial Ramadhan Lainnya:
- Ramadhan, Antara Sepinya Lokalisasi dan PSK yang Mudik
- 17 Agustus: Hari Kemerdekaan yang Rakyatnya sama sekali Belum Merdeka...!
- Geliat Pedagang Nanas menjelang Lebaran (I)
- Ramadhan, Metamorfosis Sebelum Bulan Puasa, Saat ini dan Setelah Lebaran...
- Ramadhan, Mudik Naik Motor untuk Mengirit atau malah...
- Ramadhan, Brakkk. Pergi mencari Gelar: Pulang tinggal Nama…





 
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬۩۞۩▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
Selamat Hari Raya IDUL FITRI 1432 H Mohon Maaf Lahir & Batin
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
۩۞۩▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬