Rabu, 23 Februari 2011

Kisah Ibuku yang dibantu Insulin untuk melawan Diabetes...

Sudah lebih dari setahun belakangan ini Ibuku menderita Diabetes atau Kencing manis, dan selama ini Beliau selalu bertahan dengan kondisi tubuhnya dengan kadar gula yang naik turun. Beliau kakinya sempat mengalami luka hingga bolong, gara-gara terkena pecahan beling. Sudah begitu, sewaktu kejadian, kadar gulanya sedang tinggi, lebih dari 500 mg/dl. Padahal batas maksimal seseorang terkena Diabetes adalah 150-200 mg/dl*.

Kejadiannya, pada 21 November 2009. Saat itu Ibuku tidak sengaja menginjak pecahan Asbak yang terbuat dari kaca. Karena beliau merasa tidak apa-apa, hanya luka sedikit berdarah. Ibuku menganggap hanya luka biasa yang bisa diobati dengan obat merah dan plester. Tetapi setelah beberapa hari kemudian beliau merasa ada yang tidak beres dengan kondisi tubuhnya, setiap malam beliau menggigil dan demam. Akhirnya Ibuku memeriksakan diri ke dokter umum, hingga beberapa kali periksa. Awalnya Ibuku hanya dinyatakan sebagai demam biasa dan diberikan obat anti biotik. Sampai beberapa hari kondisi Beliau tidak juga mengalami perbaikan, dan pada malam berikutnya Beliau mengalami sakit yang parah hingga Keluarga berinisiatif memanggil Dokter pada pukul 01 dini hari. Setelah diperiksa Dokter, kemudian Ibuku disarankan untuk melakukan perawatan di sebuah RS di Jakarta Barat.

Saat pertama kali ingin dioperasi

Sore itu juga, pada malam Iedul Adha kami membawa Ibu ke Rumah sakit untuk dirawat. Dan oleh Dokter disana, beliau disarankan untuk melakukan Operasi, karena luka di kakinya sudah semakin parah. Telapak kaki sebselah kiri, sudah bolong hingga melebar ke mata kaki (Gangrein). Akhirnya Ibuku melakukan perawatan selama dua minggu lebih di Rumah sakit. Ibuku diketahui memiliki kadar gula yang sangat tinggi, 500 mg/dl. Dan Oleh Dokter disana, Ibuku disuntik dengan Insulin untuk menurunkan kadar gulanya yang sangat tinggi. Selama dirawat, beliau juga diberi makanan dengan asupan gizi lengkap yang sangat baik untuk penderita Diabetes, juga di beri Albumin untuk menambah daya tahan tubuhnya.
Saat dibedah di RS Immanuel, Bandung

Setiap pagi saya melihat kaki beliau yang luka dibersihkan dan diberi plester untuk menghisap nanah atau membersihkan luka. Sampai dua minggu lebih beliau dirawat di Rumah sakit, karena kondisi tubuhnya sudah sedikit membaik ditambah dengan keuangan agak menipis dan kami tidak sanggup lagi untuk membayar biaya pengobatan yang lumayan mahal, maka kami sekeluarga memutuskan untuk membawa beliau pulang ke rumah untuk melakukan rawat jalan.

saat beberapa minggu setelah rawat jalan

Kami memutuskan untuk pindah ke Bandung dan menginap sementara di rumah saudara di kawasan Antapani dan Cibiru. Disana Ibuku disarankan untuk melakukan rawat jalan di sebuah Rumah sakit didaerah Kopo. Akhirnya Ibuku melakukan pengobatan rawat jalan dengan jangka waktu dua kali dalam seminggu. Rawat jalan itu kami lakukan hingga Maret, dengan intensitas 2 x perminggu, hingga selepas maret Ibuku disarankan untuk hanya melakukan pengecekan kesehatan sebulan sekali.

Luka di kaki sudah mulai mengecil (maret 2010)

Alhamdullilah, setelah melakukan rawat jalan secara rutin, kondisi Ibuku sudah mulai membaik, dahulu selama dirawat di rumah sakit, tidak bisa apa-apa, melakukan kegiatan hanya diranjang sembari tiduran. Kemudian mulai bisa bergerak dengan memakai kursi roda, terus berlanjut dengan memakai tongkat penyangga. Sampai kemudian Ibuku benar-benar dinyatakan pulih oleh Dokter dan bisa berjalan kembali seperti sedia kala.

Dibersihkan dirumah

"Oh ya, ada kejadian haru saat Saya dan Ibuku hendak berobat ke Rumah sakit. Waktu itu pukul 05 pagi saya berangkat dari rumah menuju stasiun gambir untuk naik kereta ke jurusan Bandung. Setelah sampai lobi, tiba-tiba kami didatangi oleh beberapa Satpam dengan tatapan heran. Kami juga saat itu kaget, sampai akhirnya salah satu dari Satpam itu bilang bahwa ia tidak menyangka kondisi Ibu saya sudah pulih kembali. Soalnya kata Sang Satpam itu, penyakit diabetes, apalagi yang menyerang kaki sangat lama untuk disembuhkan. Tapi tiba-tiba Ibuku dilihatnya sudah bisa berjalan kembali. 
* * *
Memang sebelumnya jika Kami datang ke Stasiun Gambir, Ada saja Satpam yang selalu menyediakan kursi roda dan menjalankan lift agar Ibu saya bisa naik ke peron. Makanya mereka kaget, waktu melihat Ibuku benar-benar sudah bisa berjalan. Terima kasih Pak Satpam semua atas kebaikannya, Mohon maaf saya tidak bisa membalas apa-apa untuk Kalian semua..."

Hampir sembuh

Hingga sekarang sudah lewat dari setahun lebih, kondisi Ibuku sangat membaik dan bisa berjalan lebih lancar, tetapi untuk menopang Kesehatannya, beliau masih disuntik dengan Insulin setiap harinya dengan waktu yang berbeda.

  • Pukul 07.00 pagi (Sesudah sarapan pagi)
  • Pukul 13.00 siang (Sesudah makan siang)
  • Pukul 19.00 malam (Sesudah makan malam)
  • Pukul 22.00 malam (setelah ngemil atau makan buah-buahan)


Berhubung Kami hanya keluarga kecil, terdiri dari Ayah, Ibu, Saya dan Adik Perempuan. Maka kami biasanya gantian dalam menyuntik ke Ibu, saya setiap pagi dan siang, Adik setiap sore selepas ia pulang kuliah dan Ayah saya setiap jam 22 malam, karena beliau baru pulang kerja pukul 20 malam.

Selain dengan Insulin kami juga mencoba untuk melakukan pengobatan tambahan untuk Sang Ibu dengan:

  • memberikan obat-obatan herbal
  • sop yang banyak mengandung nutrisi
  • diet dengan hanya memakan beras merah
  • tidak memakan nasi yang baru tetapi nasi yang kemarin*
  • mengurangi minum teh dengan banyak gula
  • memberikan buah-buahan yang tidak terlalu manis


Pada bulan September lalu. selepas Iedul Fitri, kadar gula Ibuku sempat menjadi normal kembali, yaitu di kisaran 120 mg/dl. Tetapi karena merasa sudah baikan dan kondisi kakinya sudah sembuh, akhirnya Ibuku terlena, hingga pada minggu kemarin (12 februari) beliau sangat kaget ketika memeriksakan kadar gulanya ke sebuah Laboratorium ternyata naik drastis menjadi 330 mg/dl.

Sekarang Ibu menjadi lebih waspada, dan berusaha untuk mengurangi memakan nasi putih dan makanan yang sangat dilarang seperti garam dan kecap.

Huuf, semoga saja nanti pas di check kembali kadar gula beliau kembali normal. Meskipun sulit untuk diobati, tetapi Diabetes bukan berarti tidak bisa  disembuhkan...

* * *

*Foto-foto Dokumen pribadi.






Selasa, 22 Februari 2011

Nina (Kau Tercipta Bukan Untukku)

“duka dihatiku, mengapa tiada orang lain?

karena dikau, aku bersenandung hingga kini…”

* * *

Sudah dua tahun berlalu, semenjak peristiwa tersebut. Dan Nina pun telah lama mengubur sejauh mungkin kenangannya bersama Indra. Walaupun begitu, ia sampai sekarang masih menutup diri untuk yang namanya cinta.

Sekarang ini Nina sudah bekerja di sebuah perusahaan Advertising ternama, yang bertempat di gedung salah satu Wisma tertinggi di jalan Sudirman-Thamrin. Usianya saat ini sudah 24 tahun, tetapi banyak yang heran kenapa Ia betah untuk menjomblo. Bahkan Kakaknya, kadang meledek supaya ia segera mencari pacar dan menikah serta menasehatinya supaya tidak larut dalam kesedihan. “Bukannya, Na’ ga kepikiran untuk kesitu Ka, tetapi Na’ ingin fokus mengejar karir dulu supaya bisa mandiri ngebiayain S2 tanpa bantuan Papa dan Mama” jawabnya ketika ditanya Bayu, Kakaknya yang telah dikaruniai seorang putra berusia 2 tahun, dan sedang lucu-lucunya.

“Tapi sampai kapan, lo mau begini terus Na’? Emang selain Indra ga ada lagi cowok yang sesuai dengan hati lo?” Tanya Bayu, ketika mereka sedang sarapan pagi.

“Engga lah Ka… bagi Na’ Indra tuh hanya masa lalu, dan Na’ pun sangat bahagia dengan kehidupan sekarang. Apalagi tiap hari bisa bercanda sama Mail yang lucu dan imut itu.”

“Ya kalo itu emang keputusan loe, mau gimana lagi. Tapi kalo lo mau, gw ada temen satu kantor yang juga masih single… sepertinya cocok ama selera lo…?”

“Ha ha ha, sekarang Kakak udah punya sidejobs ya, sebagai makelar biro jodoh? Sampe-sampe adiknya sendiri, juga dipromosiin” ujar Nina balas meledek Kakaknya.

“Ga, Na’ gw serius. Di kantor gw ada teman, dia posisinya sebagai Manajer Pemasaran, lulusan S2 dari dari salah satu Perguruan Tinggi Negeri ternama, loh. Udah gitu umurnya masih muda lagi, Cuma beda 2 tahun dari lo” Seraya makan, bayu menjelaskan sama Nina.

“Terus mau diapain Ka?” Jawab Nina, enteng.

“Iya Bay, biarin aja Nina menentukan hidupnya sendiri, toh dia kan udah dewasa. Bisa memilih apa yang terbaik menurutnya” Sahut Mira, kakak ipar Nina.

“Tuh kan kak, Mira aja bilang gitu, ngapain kakak capek-capek sendiri nyariin jodoh bwt Na’. Lagian juga kalo jodoh ga bakalan kemana. Betul ga Mir?” Ujar Nina sambil mengedipkan matanya ke Mira.

Mira adalah istri dari Bayu, usianya sekitar 25 tahun, beda setahun dengan Nina. Jadi Nina bebas memanggilnya dengan sebutan nama. Mira sekarang sudah berhenti menjadi model sejak mempunyai Ismail, anaknya dengan Bayu. Sekarang ia lebih konsen mengasuh Ismail sembari sesekali menengok Butiknya di daerah Pondok Indah dan juga berbisnis di Internet.

“Iya, iya, tapi gw mau ngasih info aja sama lo Na’, temen gw tuh namanya Aldo, dia orangnya asyik juga koq. N gw pikir cocok banget tuh.”

“Udah sana gih pergi kerja, jangan ngeledekin Adik kamu terus, ntar dia ngambek tuh” Sahut Mira, kepada suaminya.

“Ok, deh Mam, Pap pergi dulu ya. Daag Mail” Sambil mencium kening istri dan anaknya, Bayu berangkat pergi.

“Oh Iya, Na’ lo belom berangkat kerja?” Tanyanya pada Nina, sebelum menaiki Strada putih kesayangannya.

“Belum Ka, ntar jam 10an Na’ berangkat. Skalian mo jemput klien di Cempaka Putih, lagian juga belom puas ne bercanda sama Mail”

“Ha ha ha, makanya kalo mau puas bercanda sama anak kecil, lo mesti cepet-cepet kawin n baru punya anak deh…” Sambil menjalankan mobilnya Bayu tertawa lepas ngeledek Nina.

“Iya bawel…” sahut Nina.

“Huh, maklum Na’ Kakakmu itu emang doyan banget bercanda, kamu mesti sabar-sabar aja kalo diledekkin beliau”

“Ga apa-apa sih Mir, emang benar kata Bayu. Umur gw udah cukup bwt nikah, n Papa Mama aja kalo lagi ngobrol suka ngomongin masalah gw…”

“Ya udah ga apa-apa, Na’. Sekarang ne lo fokus aja dulu ke karir biar kalo lo sukses, lo bisa ngelanjutin S2…” Nasehat Mira dengan lembut, kepada Nina.

Mira tahu, kalo bicara sama Nina memang mesti extra lemah lembut, kalo nggak, sifatnya yang ga mau ngalah bakalan kumat dan pasti ngambek. Kalau sudah ngambek, sangat sulit untuk Mira membujuknya.
Sambil menyuapi Mail yang sedang makan, ingatan Nina langsung menerawang pada peristiwa 2 tahun silam, saat terakhir kali ia bertemu dengan Bayu di sebuah Mall di daerah Kuningan. Saat itu suatu siang yang mendung, ia sedang membeli sebuah kado untuk Jeihan, temannya satu kampus yang akan ultah malam ini. Sengaja ia mencari kado sendiri tidak bareng Wiwin, Wulan, Ajeng dan teman sekampus lainnya karena ia ingin mempersembahkan sebuah kado spesial untuk sahabatnya sejak pertama masuk kuliah dulu. Sambil melihat-lihat gaun yang ada di sebuah butik terkenal, iseng-iseng ia sms Indra, pacarnya. Nina ingin mengajaknya untuk datang di pesta ultah Jeihan.


…kala ku seorang diri, hanya berteman sepi

dan angin malam…

kucoba merenungi, tentang jalan hidupku

kegagalan cintaku, sempat membuat aku jadi frustasi,

namun keyakinanku, sinar terangkan datang…

dalam cinta…

adakah cintamu…



Sambil smsan, ia tidak lupa untuk menanyakan kabar Indra dan posisi saat ini dia berada. Nina minta dijemput jam 5 sore, karena acara akan dimulai sekitar jam 7an. Setelah melihat-lihat, ia mencoba sebuah gaun berwarna hitam, ketika merasa cocok kemudian ia bergegas menuju kekamar ganti untuk menjajalnya. Baru saja ia ingin mengganti pakaiannya, selintas terdengar suara seseorang yang sangat familiar di telinganya. Ketika ia mendekatkan kepalanya ke dinding, tampak jelas itu adalah suara dua orang yang sedang berbicara mesra. Dan orang itu adalah…

“Dra, cocok ga gaun yang gw pake ini” kata suara wanita disamping dinding kamar ganti. “Bagus juga tuh, warnanya lumayan cocok, indah, apalagi dipake sama lo…”, jawab suara pria yang membuat jantung Nina bergetar ketika mendengarnya. “Aaah, masak sih cuma lumayan, ayo dong bilang yang bagus, kan ini juga buat gw pake disaat momen spesial kita malam ini.”

“Iya, iya bagus, sangat cantik malah”, jawab lawan bicaranya lagi.

“Nah begitu dong, itu baru namanya pacar gw yang paling pengertian.” Sahut suara wanita itu, yang hampir saja membuat Nina pingsan ketika mendengarnya.

“Iya, sayang. Elo emang pacar gw yang paling sangat gw cintai, pokoknya apa yang lo pake pasti bagus menurut gw.” Sahut suara pria yang sangat dikenal oleh Nina.

“Ha ha, ternyata selama lo pacaran sama si Nina, jadi jago ngegombal ya…?” Sahut, Jeihan seketika, hingga benar-benar membuat gelap pikiran Nina. Hampir saja Nina teriak kalau saja tidak ingat bahwa ia berada didalam sebuah kamar ganti.

“Enggak ko, gw sama sekali ga ngegombal sama lo, tapi emang cocok kalo dipake sama lo. Eh iya, udah belom gantinya? Lama amat…”

“Iya sebentar lagi Dra, ne gw lagi ngepasin supaya serasi gaun sama aksesoris yang gw pake, lagian lo ga sabaran amat sih. Emang kalo cewek tuh mesti lama nyobain pakaian yang mau dibeli supaya tambah cantik aja…”

“Iya, iya” sahut Indra.

Eh, tapi ngomong-ngomong, gimana ya nanti kalo Nina tau lo sekarang lagi jalan sama gw?”
“Ya, ga apa-apa bilang aja lo lagi di warnet kek, atau lagi ngumpul bareng sama teman-teman lo dirumah…”

“Yah, tadi kan gw smsan sama dia, gw bilang kalo gw lagi jaga di warnet, terus dia ngajakin beli kado buat ultah lo…”

“Terus dah lo tolak kan…?”

“Ya iyalah, ga mungkin juga gw nganterin dia”

“Bagus tuh, dia kan orangnya polos jadi percaya aja perkataan lo”

“Iya sih, tapi sebenarnya gw deg-degan juga ngadepin malam nanti. Gimana gw bisa ngomong kalo sekarang gw sama lo udah…”

“Udah apa!!! Ya lo bilang aja bahwa kita udah jadian seminggu yang lalu, kan beres tuh. Lagian tenang aja, dia tuh sohib gw dari pertama masuk kuliah dan gw rasa dia ga bakalan milih ngorbanin teman hanya untuk seorang cowok kan…”

“Emang sih, tapi kan ga segampang itu gw utarain ke Nina, seengga-engganya gw butuh proses…”
“Terus maksud lo gimana…”

“Kayaknya gw…”

“Kayaknya apa Dra? Ngomong dong yang jelas.” Sergah Jeihan sembari ia keluar dari kamar pas.

“Kayaknya gw ga bisa nemenin lo malam ini”

“Apa… jadi lo lebih milih Nina daripada gw…”

“Ngga gitu, Jei… Tapi”

“Tapi apa”

“Tapi gw juga ga bakalan ikut Nina, mending gw nyingkir sementara waktu supaya gw bisa ngasih pengertian ke dia”

“Oh, jadi lo pengen ga ikut pesta ultah gw malam ini” Tanya Jeihan dengan nada tinggi.

“Iya gitu…”,,

“Iya, Jei… gw bener-bener minta maaf. Gw sungguh ga enak hati ngeliat dia nantinya” Sambung Indra lagi.

“Lo lebih milih ga enak sama dia apa sama gw Dra… NGOMONG YANG JELAS…!” Sahut Jeihan dengan keras hingga satu ruangan butik pada kaget dan melirik semua ke mereka berdua.

“Tolong Jei, gw butuh waktu…”

“Inget Dra, pesta ultah gw bakalan batal kalo lo ga ada”

“Jangan begitu Jei, gw ga hadir bukan berarti pesta lo ga bakalan meriah, masih banyak teman-teman kuliah lo yang pada datang, juga dari keluarga lo.”

“Ok Dra, kalo lo ga datang, ga masalah, tapi asal lo tahu aja, apa lo lupa sama janji! Apa yang lo bilang pada kedua Orang tua gw, dan apa yang lo pertanggung jawabin sama apa yang telah kita lakuin sewaktu…”





“Cukup sudah kalian berdua, gw dari tadi dengar pembicaraan lo berdua, dan gw, gw… “ Akhirnya dengan menguatkan diri, Nina keluar dari persembunyiannya dikamar ganti, sambil menahan isak tangis ia melanjutkan ucapannya dengan bibir bergetar.

“Indra, gw ga nyangka orang yang paling gw sayangi selama ini… ternyata lo tega berbuat ini di belakang gw.” Sambil mata memerah dan tersedu-sedu Nina berbicara.

“Dan lo Jeihan… lo udah gw anggap sebagai saudara, ga taunya kelakuan lo dibelakang gw sungguh memalukan. Cukup sampai disini gw ngeliat lo berdua, gw bersumpah sekalipun nanti ga bakalan gw mau ketemu sama lo berdua…”

“Tunggu Na’…,” sergah Indra dan Jeihan berbarengan…

Tapi tetap saja, Nina tidak menghiraukan panggilan mereka. Dengan tertunduk dan tangis yang meledak Nina meninggalkan butik itu menuju lorong sebuah lift. Tinggal orang-orang yang berada di dalam butik terhenyak menyaksikan peristiwa tiga insan yang sedang berselisih karena cinta.

Tinggal Jeihan dan Indra berdua terpaku saling menatap, seakan tidak percaya bahwa ini bisa terjadi.

Apalagi Nina, itu adalah terakhir kali ia bertemu dengan Indra dan Jeihan, karena ia menutup diri tidak ingin menemuinya lagi. Bahkan jikalau dikampus mereka saling samprokan jalan, Nina lebih memilih memutar, serta jika ada acara yang melibatkan mereka berdua, ia langsung mengundurkan diri. Hingga membuat tiga orang kawan terdekat seperti Wiwin, Wulan dan Ajeng hanya mampu mengelus dada dan prihatin pada akhir kisah persahabatan mereka berdua.

Begitu juga dengan Indra, ribuan kali ia menelepon, sms bahkan mendatangi rumahnya tetap saja Nina tidak mau membuka diri lagi. Padahal Indra sudah dibela-belain untuk menunggunya didepan gerbang rumahnya selama tiga hari tiga malam, disertai dengan guyuran hujan tetap saja tidak membuat kebekuan dihati Nina mencair. Hingga akhirnya pada hari ketiga, Kedua orang tua Nina beserta Bayu turun tangan untuk membantu menyelesaikan masalah. Tapi tetap saja Nina tidak menghiraukannya, selama Indra berbicara dengan Bayu dan kedua orang tuanya, Nina tetap mengurung diri dikamarnya tanpa beranjak selangkahpun.

Akhirnya dengan menghaturkan maaf yang terakhir kali kepada keluarga Nina, Indra meninggalkan rumah Nina. Kedua orang tua Nina beserta Bayu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tekad dan usaha dari Indra.


Jangankan untuk bertemu, memandang pun saja sudah tak boleh

Apalagi bernyanyi bersama bagai hari lalu

Jangankan mengirim surat, menitip salam pun sudah tak boleh

Ternyata memang kau tercipta bukan untukku…



Setelah beberapa waktu berlalu, akhirnya Nina mengetahui sebab-akibat dari perbuatan Indra dan Jeihan dari Ajeng kawannya satu fakultas. Pada waktu itu Indra mendatangi Ajeng dirumahnya di kawasan Ciracas, Jakarta Timur. Kaget juga ketika tiba-tiba Indra bercerita suatu hal yang sangat pribadi, meskipun tidak enak hati karena antara Nina dengan Jeihan sama-sama sahabat dekatnya. Tapi karena permohonan yang tulus dari Indra ditambah lagi Ia sangat simpatik dengan keadaan Nina hingga Ajeng mau saja dimintai tolong untuk menyampaikan salamnya.

Indra bercerita bahwa ia melakukan itu karena terpaksa dan tidak mempunyai pilihan lain, karena sejak pertama kali dikenalkan oleh Nina, Jeihan sudah memendam rasa dengannya. Apalagi karena mereka, Indra dan Jeihan sering jalan bareng dan juga bercerita tentang keadaannya masing-masing. Ditambah lagi dengan sangat polosnya Nina mempercayainya mereka dan menganggap hubungan mereka hanya sebatas teman. Hingga akhirnya karena saking dekatnya, mereka melakukan sesuatu yang sangat terlarang. Puncaknya setelah Ibu Jeihan mengetahui kejadian itu hingga membuat penyakit jantungnya kambuh sampai dirawat beberapa hari di Rumah Sakit. Mengetahui itu dan karena menjaga kondisi Ibunya yang sedang sakit takut bertambah parah, akhirnya dirundingkan dengan keluarga Jeihan, bahwa Indra harus secepatnya menikah dengan Jeihan. Melihat tiada pilihan lain dan juga karena tidak tega melihat kondisi kesehatan Ibu Jeihan, apabila Indra menampiknya. Maka didepan seluruh keluarga Jeihan, Indra berjanji bahwa ia akan menikahi Jeihan dan menjaganya dengan sepenuh hati.

Terkejut juga Nina mendengar cerita dari Ajeng, hampir-hampir ia sendiri tidak mempercayainya. Tetapi karena ia mendengar juga dari desas-desus di lingkungan kampusnya,akhirnya Nina turut prihatin akan peristiwa tersebut. Lagipula setelah kejadian mereka di Mall, tidak beberapa lama Jeihan pindah kampus. Kabarnya Jeihan mengikuti Orang tuanya ke Padang, Sumatera Barat. Disana Jeihan melanjutkan Kuliahnya disalah satu Perguruan tinggi dan menikah dengan Indra.

Menurut selentingan kabar juga, Indra akhirnya diserahi tugas untuk mengelola sebuah tambang batubara milik Ayah Jeihan didaerah Muara Kelaban, Sawah Lunto.

Nina dengan serius menyimak cerita Ajeng sambil sesekali membayangkan kejadian antara mereka bertiga masih bersama antara pacar dan sahabat.

Sampai suatu ketika Ajeng mencolek pipi Nina hingga membuyarkan lamunan masa lalunya. Sambil melanjutkan cerita, Ajeng berkata “Na’ tau ga lo perkataan terakhir Indra sama gw?”

“Apa itu Jeng?” Tanya Nina.

“Dia bilang bahwa dia menyesal telah menyakiti perasaan lo, tapi mau bagaimana lagi dia pun ga bisa menolaknya. Dia bilang bahwa dia senang banget sudah beberapa tahun menjalin hubungan dengan lo, meskipun tidak sampe selesai. Dan dia berharap lo juga melupakan dia, supaya terus mencari pengganti yang jauh lebih baik darinya. Dia bilang karena saking malunya sama lo, dia berjanji bahwa selama sisa hidupnya dia ga bakalan bertemu lo lagi, karena dia udah ga ada muka lagi untuk bisa memandang wajah lo.”

“Kata dia apapun yang terjadi hidup harus tetap berjalan, menghadapi dilema cinta bukan berarti akhir dari segalanya.” Imbuhnya lagi.

“Dan dia juga nambahin, bahwa didunia ini tada perjamuan yang tak berakhir, tiada pertemuan tanpa perpisahan… ”.



***************Bersambung****************

Nina (adakah sebuah cinta dalam hati)


Arti sebuah cinta…

Dengan langkah gontai Nina berjalan pergi meninggalkan Mal itu dengan wajah murung. “huuf, mengapa aku harus terlalu mencintainya, jika akhirnya sampai begini…?”. Keluh Nina dalam hati ketika tahu pacarnya, Indra ternyata tega mengkhianati kepercayaannya selama ini. Mungkin hari-hari kedepan dalam hidup ia akan gelap seperti mendung yang sekarang ini menyelimuti kota Jakarta.

Padahal apa yang kurang dari kehidupan seorang Nina? Ia hampir mempunyai segalanya, keluarganya masih lengkap dan cukup terpandang. Ayahnya seorang Pengusaha Real Estate yang Propertinya banyak bertebaran baik di Ibukota, Bandung maupun yang di Manado. Ibunya Konsultan terkenal yang banyak mempunyai klien dari Perusahaan Besar didalam dan luar negeri. Kakaknya, Bayu sekarang sudah menikah dengan seorang model Ibukota setelah menyelesaikan S2 Hukum. Tinggal Ia sendiri yang masih sangat dimanja oleh seluruh keluarga. Ditambah lagi, Ia sekarang sedang menyelesaikan semester terakhirnya di Universitas bergengsi di kawasan Grogol, Jakarta Barat. Meskipun tidak terlalu jenius, dari awal masuk hingga saat ini, ia selalu menempati ranking 5 besar dari 30an mahasiswa di kelasnya. Sudah begitu Ia selalu aktif di kampus, kalau ada acara pasti ia selalu diundang, baik formal maupun seremonial biasa. Terbukti dari teman-temannya baik satu jurusan maupun semua kampus, sampai para Dosen banyak yang respek, karena ia orangnya ramah, supel dan selalu membantu bila ada yang kesusahan.





Dan yang membuat orang kagum adalah, ia tetap setia dengan Indra, cowok yang dipacarinya selama hampir 3 tahun ini. Padahal Indra hanyalah seorang pria pengangguran yang profesi sehari-harinya tidak jelas dan tidak menentu. Hanya jaga warnet di bilangan Jatibaru, Tanah Abang, itu pun tidak selalu tiap hari. Hanya bermodalkan wajah ganteng, dan senyum yang menawanlah hingga membuat Indra dapat menaklukan hati Nina. Ditambah lagi, Indra pandai bicara dan mengambil hati wanita. Seperti saat Nina ada masalah keluarga saat di Bandung, Indra langsung berangkat malam itu juga dengan sepeda motor bebek kesayangannya tanpa mempedulikan sudah tengah malam dan jalanan di Puncak maupun di Padalarang sangat sepi dan gelap tiada kendaraan. Tetapi Indra tetap ngotot untuk menemuinya, sekadar menghibur hati Nina yang sedang sedih. Sampai subuh, Indra baru datang kerumah Nenek Nina yang berada di daerah Sukajadi, Bandung. Hingga akhirnya yang tadinya Nina sedih menjadi terharu akan kehadiran cowok yang sangat disayanginya, datang dengan muka kusut dan acak-acakan akibat beberapa kali terserempet dijalan akibat gelap gulita dan tiada penerangan. Tapi anehnya Indra tidak mengeluh malah sambil menatap khawatir menanyakan kabar perihal kenapa Nina bersedih. Pas diceritakan bahwa yang membuat Nina bersedih adalah karena memikirkan keselamatan Indra dijalan, malah Indra tertawa cekikikan. Hingga membuat keadaan keluarga Nina yang tadinya memanas menjadi cair kembali sejak kedatangan Indra.


***************Bersambung****************

Manusia tak berulang Punggung






aku adalah seorang yang bodoh dan lemah

aku juga seorang yang plin-plan dan angin anginan

aku pun seorang yang tak punya pendirian

hidupku terasa hampa tanpa tujuan

sama sekali tak ada beban

untuk mengisi zaman…

* * *

untuk itu,

apakah gunanya aku hidup?

kalau hanya untuk mencatat kitab sejarah!

tak perlu aku hidup

tak perlu aku berkorban mati-matian

tak perlu aku menunaikan kewajiban

* * *

ah sayang…

lagi-lagi hidupku tak karuan

percuma aku terus melanjutkan perjalanan

kalau sebelum berperang,

sudah kalah duluan

tetapi, bagaimana akau mau maju

bagaimana aku bisa hidup mandiri

bagaimana aku dapat mencari jalan keluar

* * *

ah…

sementara aku hidup dibawah alis orang lain

aku bagaikan manusia tak bertulang punggung

tak bisa menentukan sesuatu

tanpa melihat tatapan seseorang

ah…

* * *

(lagi, lagi dan lagi)

hidupku sia sia

diriku bagaikan seekor burung Merak

berbulu indah serta bertubuh besar

dengan kedua sayapnya

yang melambangkan keagungan

namun sayang…

sungguh sayang,

dan sangat disayangka…

tak bisa terbang

* * *

hmm, hmm, hmm…

kalau tidak dari sekarang

mau kapan lagi…?

Senin, 21 Februari 2011

Dragon Ball, kenangan akan masa kanak-kanak yang tak terlupakan...



Yuupz, siapa yang tidak mengenal komik dan serial kartun yang sangat populer ini. Di Indonesia sendiri telah beredar komiknya sampai 42 jilid, dan sudah beberapa puluh kali mengalami cetak ulang. Sedangkan serial kartun ditayangkan setiap hari minggu selama 10 tahun berturut-turut. Banyak remaja yang sangat menyukai Son Goku, tokoh utama dalam Dragon Ball, dan  juga ada beberapa yang suka dengan Trunks (versi masa depan), karena ganteng dan gagah. Tidak sedikit pula yang menyukai akan sifat jahat dan dingin dari Bezita, sang Pangeran Saiya.

Kemarin saya iseng iseng membereskan lemari, dan tidak sengaja melihat komik Dragon Ball volume 42 (Bye-bye Dragon Ball), saya terharu dan sampe hampir menitikkan air mata ketika membaca "Dahulu kala... Cerita berawal dari pertemuan kecil ini akhirnya kembali ke masa kini. Selanjutnya anda bisa sekali-sekali menengok mereka, mungkin itu juga cukup menyenangkan... Begitulah, dan inilah akhir cerita." Sungguh teringat akan masa kecil dahulu.

Ketika saya SD, setiap hari minggu selalu menunggu jam 9 pagi untuk menonton film kartun ini di Indosiar, padahal mainnya hanya setengah jam, itupun dengan iklan yang lebih dari 15 menit. Dan saya paling benci kalo ada tayangan tinju karena membuat saya tidak bisa menyaksikan film favorit ini.
Begitu juga dengan komiknya, dari SD hingga kini saya telah mengoleksinya secara lengkap dari no 1 sampai 42. Pertama beli sewaktu tahun 97, masih berharga rp 3.500, kemudian naik menjadi 6.500 ditahun 1999, hingga sekarang berharga rp 17.500. Masih saya beli, sebab banyak edisi yang dipinjam saudara dan teman terus tidak dikembalikan, terpaksa saya menggantinya dengan mencari di Pasar Senen yang lebih murah (bekas). Terkadang juga sampe saya rela tidak jajan hanya untuk mengumpulkan uang buat membeli komik ini. Mungkin kalau dikumpulkan sudah ada sekitar 70an komik Dragon Ball yang saya koleksi, baik itu dari Elexmedia maupun terbitan Rajawali Grafiti (almarhhum).

Yang membuat saya teramat menyukai Dragon Ball adalah karena kisah Persahabatan diantara tokoh-tokohnya. Semua berawal dari musuh, hingga akhirnya mereka bahu membahu membela Son Goku. Seperti Pikkoro, awalnya adalah musuh yang sangat membeci Son Goku karena telah membunuh ayahnya, Raja Iblis Pikkoro. Ia rela bekerja sama dengan Son Goku demi menyelamatkan bumi dari serbuan Bangsa Saiya. Dan juga Ialah yang mendidik Son Gohan, anak Son Goku, ketika Son Goku tewas. Son Gohan diajari ilmu silat untuk menjadi Pendekar yang tangguh dan bisa diandalkan ketika melawan Bezita serta Nappa.

Begitu juga dengan Bezita, pada awal kedatangannya ke bumi mempunyai tujuan untuk membunuh Kakarot (Goku dalam bahasa Saiya), Bezita sangat membencinya karena ia merasa sebagai Pangeran Saiya yang terkuat dan tidak ingin disaingi oleh Goku. Tetapi bahu membahu ketika melawan Cell, juga sempat menyelamatkan Goku saat hampir tewas dibunuh Android No 19 (Android = manusia buatan, bukan sistem operasi Google). Meskipun sempat "kumat" ketika dengan sengaja mau dihipnotis Babidy, karena rasa ingin bertarung yang kuat dengan Goku. Tetapi akhirnya Bezita rela mengorbankan dirinya dengan meledakkan tubuh untuk membunuh Bhu, Walaupun mati sia-sia, akhirnya Bezita dan Goku bersatu (fusion) untuk menjadi Ksatria terkuat di Alam semesta dengan mengalahkan Bhu.

Dragon Ball atau ketujuh bola naga tidak pernah dipergunakan secara sembarangan dan percuma, semua untuk kelangsungan hidup manusia, kecuali sewaktu Raja Iblis Pikkoro yang minta dikabulkan awet muda serta sewaktu minta celana dalam wanita di bab 2.

Dalam komik Dragon Ball, terdapat beberapa peristiwa yang melibatkan pertarungan hampir disemua tokoh. Seperti:
- Melawan tentara Red Ribbon
- Melawan Raja Iblis Pikkoro
- Menghalau serangan Bangsa Saiya
- Melawan Freeza di Planet Namec
- Melawan Cell serta Manusia buatan Dr Gero
- Melawan Bhu dan Babidy cs

Diantara musuh-musuh dalam Dragon Ball, yang terkuat adalah:


1. Bhu atau Manusia Iblis Bhu.
Musuh ini sangat kuat, dan yang dapat mengalahkannya hanya Jurus Bola Semangat. Ketika Bhu masih gemuk, sebenarnya masih dapat dikalahkan Son Goku pake Super Saiya 3, tetapi Goku membiarkannya untuk Generasi muda yang turun tangan. Tapi saat Bhu sudah menjadi Bhu yang sebenarnya, semua menjadi kacau. Bhu ini sempat menghisap Gotenks dan Super Gohan.

Iblis Bhu versi Gagal

2. Cell. 
Meskipun sebagai manusia buatan, tetapi Cell tercipta dari sari pati berbagai jagoan serta penjahat sewaktu pertarungan Son Goku melawan Bezita, Pikkoro dan Freeza. Son Goku sampai menyerah dan tidak sama sekali tidak dapat mengimbangi kekuatan Cell yang sempurna. Kalahnya Cell adalah saat Son Gohan marah dan mengeluarkan kemampuan yang sesungguhnya.

3. Android No 16.
Ini adalah manusia buatan versi gagal, dan menurut penciptanya Dr Gero, ia dapat menghancurkan dunia. Sempat mengalahkan Cell dalam wujud tidak sempurna, akhirnya tewas ketika ingin meledakkan bom yang ada ditubuhnya sendiri.

4. Android No 17 & No 18
Sepasang Manusia buatan kembar kakak-adik. Pada awalnya sangat kuat, sampai-sampai membuat Trunks yang dapat membunuh Freeza, terkapar dengan satu pukulan. Juga membuat Bezita menjadi frustasi, karena mengetahui super saiya tidak bisa berbuat apa-apa terhadap manusia buatan.

5. Freeza.
Makhluk terkuat di alam semesta sebelum Goku menjadi Super Saiya, Freeza telah menghancurkan Planet Bezita, dan membunuh semua penghuninya. Tetapi kalah mengenaskan oleh Goku, dan akhirnya bersama Ayahnya tewas setelah tubuhnya dipotong-potong oleh Trunks.





Untuk saat ini hanya inilah yang dapat saya tuliskan, semoga dilain waktu saya dapat memposting Tokoh Jagoan terkuat serta Jurus-jurus terhebat di Dragon Ball. Dan juga silsilah akar rumput dari Karakter yang ada, mulai dari Dragon Ball, Dragon Ball Z, hingga Dragon Ball GT...

Ah, semua karena Judi...

Judi, itulah empat huruf yang membuat aku dan sebagian besar kaum Adam yang melakukannya menjadijatuh Miskin dan Susah hidupnya.
Semenjak kecil, aku sudah terpikat dengan sebuah Permainan terlarang tetapi sangat memikat yaitu Judi. Tidak di hanya Meja Judi, Kasino, Bola tangkas, Biliar, Warung Kopi, Tug Boat,Kapal Pesiar, sampai di Lorong-lorong yang gelap yang berada di sudut daerah pemukiman padat penduduk.
Berawal dari sekadar Iseng-iseng, coba-coba hingga berlanjut menjadi sungguh-sungguh mempertaruhkan hidup hanya untuk Judi…

Aku ingat sewaktu pertama kali mengenal Judi adalah ketika berusia 10 tahun. Saat itu didaerah ku sedang musim Ikan Cupang, yang berawal dengan taruhan rp 500 perak hingga berlanjut sampai sekarang Puluhan Juta rupiah.
Ah, Judi itu membuatkumenjadi Gila.
Tidak ubahnya dengan seorang User*, akan ketergantungannya terhadap Narkoba.
Tidak beda jauh dengan seorang Pria yang gemar sekali berganti pasangan demi memuaskan nafsu duniawinya.
Bukankah Judi, Minuman Keras/ Narkoba, dan Main Perempuan adalah satu paket yang dinamakan gaya hidup Hedonisme? Yang sangat dilarang oleh Agama!

Ah, tetapi pada kenyataannya sangat sulit untuk menghilangkan kebiasaanku dari yang namanya Judi.
Kecuali, kecuali dan kecuali jikalau nanti sudah tidak mempunyai suatu apapun, atau ketika musim kemarau mengalami keguguran hingga banyak merontokkan dedaunan.

Banyak macamnya Perjudian yang aku ikuti, seperti:
Kartu empat (Kyu-Kyu)
Gaplek (Kartu Domino)
Remi
Capsah (Kartu 13)
Koprok (?)
Billiar
Poker
Sampai yang memakai mesin seperti Mickey Mouse, Bola tangkas dan Jackpot.

Tetapi bukan hanya itu saja, masih banyak Permainan biasa saja yang bisa menghasilkan Judi, seperti:
Piala Dunia (taruhan Bola)
Adu Ikan Cupang
Adu Jangkrik
Poker Zynga di Facebook
Permainan Monopoli dan Ular Tangga
Tebak Manggis!

1297112772131506678

Yah itulah Manusia, kalau otaknya sudah Ngeres, Media apaun bisa dijadikan untuk Berjudi…! Tidak hanya yang berupa Kartu dan Dadu, hewan dan buah Manggis pun bisa dijadikan perantara sebagai Permainan Judi!
Karena Judi, saya bisa membeli Barang-barang Mewah
Karena Judi, saya bisa berpesiar ke Luar Negeri
Karena Judi, saya bisa menikmati hidup menjadi seperti Raja di Makau…
Tetapi:
Karena Judi pula hidup saya menjadi tidak karuan
Karena Judi, saya tidak bisa meneruskan Kuliah S2 Hukum
Karena Judi Pula, saya sempat menjadi Gelandangan di Makau selama beberapa Minggu!
Dan, Karena Judi saya hidup miskin seperti ini…

Sekarang setelah saya terbangun dari sebuah Mimpi yang panjang, akhirnya saya tersadar akan kesalahan saya yang lalu. Meskipun belum terlambat untuk memperbaikinya, tetapi saya sudah tidak memiliki suatu apapun yang dapat saya kenakan, kecuali beberapa stel pakaian lusuh yang dengan setia melekat ditubuh saya yang telah lama tidak disemprot dengan apa yang dinamakan Parfum.

Penyesalan selalu datang terlambat, kawan dan kerabat yang dahulu setia menemaniku untuk berpesiar, kini banyak yang telah menutup pintu rapat-rapat. Bahkan Keluarga sendiri pun enggan menemuai, karena ingat akan kedosaanku sewaktu menjual Rumah dan Mobil hasil Jerih payah Orang Tuaku akibat kalah berjudi. Beberapa Gedung mewah tempat Berjudi yang dahulu sering kali aku kunjungi, kini bagaikan dipasang Kawat berduri dengan bentakan beberapa Penjaga yang dahulu sering aku beri Tips; juga makian pengunjung lainnya yang menganggapku bagai pengemis hina. Dan kini aku hanya bisa tersenyum getir saat melewati sebuah warnet yang banyak diramai dikunjungi kaum remaja, dan memainkan sebuah game bernama Poker…


-Ah, air bisa membuat perahu berlayar, tetapi juga dapat menenggelamkannya…

Sore Hari, Jakarta Dihuni Bangsa Barbar



Menyaksikan Jakarta pada waktu sore hari, benar-benar terasa aneh. Ditengah hiruk pikuk Ibukota yang sumpek ini, ternyata sangatlah jauh dari kata lancar. Hampir setiap jalan utama Ibukota yang selalu dipenuhi antrean kendaraan baik itu motor, mobil, bus, truk serta lalu lalang angkot dan sejenisnya.

Tiada yang mau mengalah sesama pengguna jalan, serasa dia sendiri yang bayar pajak jadi dia bebas menggunakan jalan sesukanya. Yang bikin macet adalah ketika banyak motor dan mobil pribadi menerobos lampu merah, memasuki jalur Busway, angkot ngetem sembarangan, bajaj tak peduli ramai atau tidak dengan nekat selap-selip diantara keramaian jalan. Ditambah lagi dengan kelakuan Metromini dan sejenisnya yang dengan seenaknya saja memutar di bukan jalur yang dibenarkan bahkan ngetem/ menunggu penumpang di tengah jalan. Pedagang kaki lima dengan gampangnya menggelar dagangan ditrotoar yang mestinya untuk pejalan kaki, dan yang lebih parah sampai meluber ke tengah jalan…?. Ditambah dengan pejalan kaki, menyeberang jalan dengan melintasi jalan yang sedang ramai dilalui oleh lalu lalang kendaraan, bukannya melalui jembatan penyeberangan. Eh malah ditambah bermunculan pusat perbelanjaan yang menyediakan parkir di pinggir jalan umum?

Sungguh sore hari, Jakarta dihuni oleh kawanan Barbar yang primitif…
Seperti yang terlihat dibeberapa jalan yang ada di Ibukota, khususnya Jakarta Pusat dan Jakarta Barat, domisili yang biasa saya lewati:
Jalan Jendral Sudiraman

Pusatnya Kota Jakarta, disini banyak berdiri gedung-gedung tinggi yang menjadi kantor dari segala macam pelaku bisnis di Indonesia. Sering macet karena terhalang keluar-masuk kendaraan dari gedung ke jalan.

Jalan Gatot Subroto
Salah satu jalan utama di Ibukota, sering macet karena jalurnya terbagi untuk tol dalam kota.

Jalan KH. Hasyim Ashari
Jalan sekunder yang macetnya akibat banyak motor yang parkir seenakanya dipinggir jalan sebuah pusat perbelanjaan telepon seluler di Indonesia. Ikut andil juga juru parkir liar dan pak ogah yang justru bikin tambah macet. Menjadikan sebuah proyek jalan layang menjadi sia-sia karena tetap saja kemacetan terjadi, malah makin bertambah parah.

Jalan Kiai Caringin - Suryopranoto
Kemacetan terjadi mulai dari seberang kali cideng sampai dengan perempatan lampu merah tomang-slipi. Jalan ini adalah pintu gerbang bagi kendaraan roda empat atau lebih untuk menuju ke daerah Barat kota Jakarta hingga Merak.

Jalan KH. Mas Mansyur - Doktor Satrio
Kemacetan terjadi karena jalan menyempit dipakai pedagang kaki lima disekitar pasar Tanah Abang dan juga terhalang oleh akses keluar masuk di sebuah pusat perbelanjaan di Kuningan.

Jalan Daan Mogot
Jalan terpanjang di Barat kota Jakarta hingga kota Tangerang ini adalah biangnya kemacetan bagi kaum pekerja yang pergi atau pulang dari Jakarta ke Tangerang dan sekitarnya. Kemacetan terjadi mulai dari Pesing, Perempatan Cengkareng hingga melewati terminal Kalideres.

Jalan Latumenten - Suparman
Jalan KH. Moh Mansyur (Jembatan Lima)
Macet dijalan kecil ini karena sepanjang bahu jalan dipenuhi oleh pedagang kaki lima yang tumpah-ruah dari pukul lima sore hingga lepas tengah malam

Jalan Pangeran Tubagus Angke
Kemacetan dijalan ini terjadi karena sedang dikerjakan proyek fly over yang entah bisa mengurangi kemacetan atau malah menambah parah sumpeknya jalur ini.

Jalan Bandengan

Jalan Gajah Mada - Hayam Wuruk
Ini hanyalah sekelumit catatan pribadi saya, yang hampir setiap hari melewati jalan- jalan tersebut. Bagi Anda pembaca Kompasiana disarankan kalau tidak perlu-perlu banget, agar tidak melewati jalan-jalan yang saya tuliskan barusan pada waktu pagi (pukul 07-09wib) maupun sore hari (pukul 16-19 wib). Karena selain bisa bikin bengkak + boros BBM, Tensi Darah jadi tinggi, serta bisa membuat Anda kehilangan waktu yang berharga gara-gara terjebak macet. Saran saya lebih baik melewati jalur Alternatif atau jalan tikus untuk menghindari macet, kecuali Anda semua sedang Melatih Kesabaran dan Mental.

500 Meter dari Istana Negara

Huuf, lagi enaknya tidur terbangun oleh suara alarm Hp yang salah ngatur waktunya. Mestinya alarm berbunyi jam 6 pagi, ini baru jam 2 udah mulai start. Dasar Hp jadul, bathinku mengomel, maklum Hp yang satu ini memang keluaran lama Produsen asal Finlandia awal tahun 2000an yang masih saya pakai karena bandel di baterai dan tahan lama.

Ingin melanjutkan tidur tapi tetap tidak bisa ini mata untuk dipejamkan, terpaksa aku buka Internet. Sambil utak-atik sebentar, sepertinya ada yang aneh…
Perut ini kok, rasanya ada yang tidak beres, berbunyi terus. Ah, rupanya aku belum makan dari sore, pantas saat ini terbangun merasa lapar. Langsung saja kulihat di meja, yah ternyata kosong, terus pandangan ku beralih ke Rice Cooker, sama saja, tidak ada nasi. Tiada satupun makanan yang ada, terus aku menuju ke Lemari Es, untung masih ada mie instant untuk sebagai pengganjal perut. Langsung saja, kunyalakan kompor gas Subsidi dari Pemerintah, Clekk. Apinya perlahan  mengecil, dan padam…!

Ya ampun, Gas ternyata habis. Semenjak ditinggal Ibu pergi ke Bandung untuk berobat jalan, penyembuhan penyakit Diabetes, memang dirumah tidak ada yang masak. Paling kalau lapar, beli ke Warteg, murah meriah. Atau kalau ada uang lebih, tinggal jalan ke Roksi, membeli nasi bungkus di Rumah makan Padang, Tanpa Nama.
Tapi tengah malam buta, apa ada yang buka warung nasi atau pecel lele? Ah meskipun ada Warteg buka, masakannya pasti sudah dingin, sisa sore hari. Terpaksa aku mengeluarkan Sepeda Motor untuk membeli makanan sekalian rokok.

Sampai di perempatan lampu merah Roxy ternyata Rumah makan Padang sudah tutup, yang ada hanya sea food dan nasi goreng. Ah malas, malam begini makan nasi goreng apalagi seafood, karena aku alergi makanan laut. Sambil muter sejenak dikawasan Cideng, akhirnya aku kepikiran untuk membeli makanan di daerah Pecenongan yang terkenal akan Ayam bakarnya.
Sambil mengendarai motor dengan perlahan, iseng iseng kuperhatikan banyak kaum hawa yang berjejer rapi di pinggir jalan, sambil sesekali melambaikan tangannya kesemua kendaraan apalagi kendaraan roda empat. Wuiih, ternyata mereka masih sangat muda, bahkan kebanyakan adalah Abg, yang usianya kalau ditaksir sekitar 16-20 tahun. Ah, apalagi gadis yang berkulit kuning langsat serta rambut sebahu dengan pakaian ala pemain tenis yang bahkan (maaf) menonjolkan sisi auratnya.
Lelaki mana yang darahnya tidak berdesir melihat pemandangan seperti ini?
Apalagi aku yang masih sangat awam dengan kehidupan dunia malam, serta masih sendiri.
Apakah aku tergoda melihat mereka?
Ah, hanya aku dan Tuhan yang tahu…

Sampai di depan sebuah Restoran Jepang sampingnya gedung pusat hiburan malam, aku melambatkan lajunya motor ini, bukan karena ingin atau kepingin. Tapi aku berhenti didepan sebuah kios rokok berlambang A. Aku istirahat sejenak karena capek dan dingin yang menyelimuti malam ini. Sambil menyalakan sebatang rokok berlogo Jarum, iseng-iseng aku mengobrol dengan tukang parkir yang juga sedang istirahat ini, dan kebetulan kelihatannya masih muda.
“Bang rame amat ya disini” Ucapku, membuka pembicaraan.
“Lha Iya, disini mah kagak pernah sepi” Jawab tukang parkir itu dengan logat betawi yang sangat kental.
“Itu cewek banyak benget yang berdiri dipinggir jalan ya Bang?”
“Yah elo, nanya apa tidur sih! Udah jelas disini emang tempat mangkalnya Jab***. Apalagi entar jam 4, pasti padet deh jalan. Banyak yang keluar dari Diskotik atawa Panti Pijat.”  Ujarnya menjelaskan.
“Oh gitu Bang, tapi bukannya mereka pada didalam Diskotik/ Bar. Kok malah nongkrong di pinggir jalan?” Tanyaku lagi.
“He he, kalo yang didalam tuh kelas Elit, banyakan yang booking Bos-bos, tapi kalo yang dipinggir jalan ntuh, yang murahan atau yang udah gak laku lagi.” Lanjut dia lagi.
“Tapi kok masih pada cantik-cantik ya Bang, muda semua lagi…”
“Apalagi yang itu tuh Bang, yang pake Rok Hitam. Gila banget mirip artis sinetron” Ujarku lagi.
“Kalo yang disini (mangkal) biasanya udah kaga kebagian tempat didalam, dah gitu kebanyakan ga pada laku lagi. Saingan didalam banyak, apalagi Maminya, pada galak. Mungkin ntu yang bikin mereka ga betah didalam” Paparnya lagi.
“Ooh, begitu…” Sahutku sambil menghembuskan asap terakhir dari rokok ini.
“Emang situ mau kemana?” Tanya tukang parkir.
“Mau ke Pecenongan Bang, beli ayam bakar” Sahutku lagi.
“Oh, kirain lo malam-malam begini mau nyari Ayam Kampus…” Katanya lagi.
Meledak tawa ku mendengar perkataan Tukang parkir itu.
“Ga lah Bang, masa saya mau nyari itu, takutlah. Dosa…”
“Alah…, hari gini anak sepantaran lo ngerti dosa! Yang ingusan aja kalo ngeliat beginian langsung On. Apalagi lo yang udah gede” Jawabnya.
“Ya, bukan gitu sih Bang, tapi emang saya lewat sini sekadar liat doang. Gak ada maksud lainnya”
“Lagian jangan deh lo, sayang. Lo masih muda. Apalagi sekarang sering musim razia, bisa-bisa lo digaruk masuk tivi deh”
“Emang sering Razia juga Bang, disini?” Tanyaku.
“Ya iyalah, kalo ada razia disini udah kayak tawuran sekampung aje. Pada lari mencar, ga yang didalam, sama yang diluar sama aja, pada kabur nyelametin diri”
“Tapi sekarang kan rame Bang?”
“Iye, baru tiga hari yang lalu ada razia, besoknya sepi. Eh kemaren udah pada ngumpul lagi” Jawabnya seraya menguap, mungkin karena mengantuk atau kecapean.
“Berarti mereka ga kapok- kapok ya Bang?”
“Gw juga ga tau sih, tapi kemaren gw sempet ngobrol sama si S*** yang ketangkep Satpol PP tiga kali. Eh dya bilang kaga takut katanye sih udah resiko”
“Resiko gimana Bang”
“Ya resiko lah, abisnya kata dia kalo Urusan Perut tuh nomer satu, apalagi dia punya anak empat dikampungnya, sama dia juga bilang kalo Pria yang ketangkep rata-rata ga kapok karena itu juga”
“Yah, kalo cowo sih emang gitu Bang” Sahutku menimpali.
“Gw ga tau dah, katanye sih kalo cowok tuh Urusan dibawah perut yang nomer satu, jadi yah ketangkep sekarang, paling dia pikir cuma lagi apes aja.” Katanya menambahkan.

“Tapi emang aneh ya Bang, banyak Cewek yang mangkal disini, padahal ga jauh lagi ada Istana Negara berdiri. Apa Presiden gak risih ‘tetanggaan’ sama tempat begituan” Kataku bertanya.
“Yah, mane gw tau. Tugas gw disini cuma parkir, urusan Presiden tau apa nggak emang gw pikirin. Lagian juga presiden kan banyak pembantunya, mustahil aja dari sini ke depan monas yang jaraknye cuma 500an meter dia pada ga tahu” Jawabnya , seraya menyalakan kembali kretek berwarna hijau itu.
“Iya ya Bang, aneh juga. Yang jaraknya ribuan kilo kayak di Mesir aja diurusin, eh ini cuma beberapa ratus meter masa ga diurusin” Kataku lagi.
“Yah, namanya juga cari duit, Pemerintah cari duit, rakyat juga pengen cari duit. Kalo itu cewek-cewek ga ngejab*** emangnye Pemerintah mau nanggung ngasih makan?, trus mau biayain anak sama keluarganya di kampung?? Ya enggak kan, makanye Pemerintah ngediemin mungkin supaya kite rakyat miskin usaha sendiri nyari duit ga nyusahin mereka, gitu deh” Jawabnya panjang lebar.
“Ya udah deh bang, saya cabut dulu ah, dah kelamaan duduk nih” Ujarku pamit sama Abang tukang parkir.
“Iye, ati-ati lo, banyak razia…!” Seraya mengingatkanku.
“Ya Bang, makasih banyak” Jawabku sambil menyalakan motor. Kulihat saja Wanita bergaun hitam itu terus memandangiku, dengan sorot mata yang bertanya…

…ada yang butuh dirinya,
ada yang  benci dirinya
ada yang berlutut mencintainya
ada pula yang kejam menyiksa dirinya…

Ah, Pas sudah di motor rasa lapar ini sirna sudah.
Gara-gara ngobrol dengan Tukang Parkit itukah?
Atau semenjak kedinginan dijalan?
Atau juga disebabkan kebanyakan ngeliatin yang indah-indah.




Ah, daripada mikir yang enggak karuan, ntar terjerat jaring tanpa benang. Mendingan kuputuskan untuk
pulang saja, seraya diperempatan lampu merah Harmoni memandang dari jauh Istana dengan penuh kekaguman.

(Entah apa yang dikagumkan…!)


Mengejar Bayang-bayang Merah...




aku seperti sang senja

yang sedang mengejar bayang-bayang merah

lambat laun, kudekati

perlahan demi perlahan

hampir pasti dalam dekapan

…namun,

ia berbalik tersenyum dingin

lantas aku merasa

hawa panas menyelimuti tubuh ini

aku terkesiap

ketika ku menoleh ke belakang

Sang Surya sedang menunjukkan kegagahannya

* * *

meskipun aku tahu,

Sang Dewi Malam

senantiasa memperhatikanku

tetapi aku senantiasa mengaacuhkannya,

demi tekadku

serta angan-anganku

untuk merebut hatinya

***

kurela,

mesti tubuh ini hancur lebur

hilang tak berbekas

demi mimpi

yang selalu kudambakan…