"Jangan lupa, ya. Jam 7 malam nanti, lo jemput gw" ucap Mira kepadaku saat menjelang pulang dari kampus.
"Ya" jawabku datar, sembari menjalankan motor kesayanganku bercorak garpu tala. Kemudian, aku langsung meninggalkan gedung kampus dan juga Mira yang "mungkin" hatinya sedang berbunga-bunga.
* * *
Sudah beberapa minggu belakangan ini ada yang berubah dalam diriku. Entah mengapa, benih-benih cinta mulai tertanam kembali dalam lubuk hatiku yang paling dalam.
Semua berawal sejak pertemuan dengan Mira pada bulan Oktober 2010 lalu. Saat itu aku baru saja mengikuti perkuliahan di sebuah Perguruan Tinggi Swasta Terkenal di Jakarta Pusat.
Awalnya biasa saja, tetapi setelah mengenalnya. Semua telah berubah, Ia begitu perhatian terhadapku. Meskipun ia pun sangat baik dan ramah kepada semua orang, tetapi ada sesuatu yang spesial saat ia memberikan sesuatu kepada diriku ini...
Hari demi hari berlalu, tidak terasa sekarang sudah menjelang liburan Kuliah. Dan menginjak akhir dari Semester II. Aku dan dia pun semakin erat dan dekat. Tanpa merasa, saat jalan bareng dengannya, semua orang berkata bahwa aku dan Mira adalah pasangan yang setimpal dan sangat serasi...
Namun dibalik semua, itu, ada suatu kenangan masa silam yang semakin kucoba untuk melupakannya justru semakin kuat membelenggu hati, jiwa dan pikiran ini...
* * *
Awal Juli 2010.
Terakhir kalinya aku bertemu dengan seorang gadis berdarah Minang, di sebuah pantai bernama Caroline yang terletak di Kota Padang, Sumatera Barat.
Saat itu masih terngiang, ucapan terakhirnya ketika aku dan dia bertemu untuk terakhir kalinya.
"Maaf rul, bukan maksudku untuk memutuskan tali cinta kita berdua, namun ini adalah kehendak orang tuaku yang sudah tak dapat ditawar lagi atau dibantah...
Meskipun semua Keluarga membelaku dan sangat menentang perjodohan ini, namun karena ini adalah pilihan dari Kedua Orang tua ditambah lagi dengan aku adalah satu-satunya anak perempuan dalam trah keluarga. Aku sama sekali tidak bisa menolak..."
Kemudian ia memelukku dengan erat, diiringi air matanya yang tumpah deras bagaikan lukisan air terjun di lembah arau yang sangat pedih.
Matahari terlihat sudah condong kebarat, dan karang tempat kami berpijak menjadi saksi bisu dalam kenangan diantara aku dan dia.
Hingga akhirnya, aku melangkahkan kaki untuk mencoba menguatkan hati yang lara ini.
Dari kejauhan terlihat, Sosok Gadis itu dengan wajah sendu memandangi sambil mengucapkan kata terakhir, "maafkan aku, rul..."
* * *
Dan kini, hampir sebelas bulan berlalu semenjak peristiwa tersebut. Aku kembali merasakan sebuah doktrin yang bernama "jatuh cinta"
* * *
Pukul 19:45 wib
Aku berduaan dengan Mira dalam sebuah Cafe di kawasan Kemang, Jakarta Selatan.
Entah ada perasaan yang janggal saat aku menatapnya dengan lekat, sorot matanya yang sayu dan lembut kembali mengingatkanku pada seseorang yang sekarang berada di seberang sana.
"rull, kenapa ngelamun? Ada yang aneh dengan diri gue? Atau cara berpakaian gw kurang bagus atau malah terkesan norak?" Tanya Mira kepadaku seraya memecahkan keheningan malam yang indah ini.
"Hmm, ga ada yang aneh. Cuma gw lagi merenungin aja..." Ujarku singkat.
"Kirain gw kenapa, soalnya gw liat tatapan lo itu jauh banget. Tapi ga apa2 lah. Oh ya, ada yang ingin gw tanyakan sama lo malam ini juga, berkaitan dengan..." Tanya Mira, dengan menodongkan suatu pertanyaan entah pernyataan yang membuat lidahku menjadi kaku.
"Lo mau nanya apa sama gw?"
"Jiaah, koq lo aneh banget sih beberapa hari belakangan ini. Beda banget dengan lo yang dulu yang sangat ramah juga supel. Sekarang lo kesannya dingin banget. Emangnya ada apa dengan lo, rul?"
"Ga ada apa-apa, oh ya katanya lo mau nanya, nanya apaan tuh?" Jawabku dengan berbohong.
"Ga nyangka ya, kita temanan udah hampir setahun. Gimana menurut lo tentang gw?"
"Menurut gw, lo adalah salah satu teman yang sangat berkesan dan juga sangat spesial bagi gw..."
"Hmm, terima kasih atas sanjungannya. Tapi kok cuma 'salah satu'?"
"Bagi gw, lo adalah teman terbaik yang berada di sisi gw saat gw ngerasain suka maupun duka, dan gw beruntung banget mempunyai teman seperti lo..."
"To the Point, aja rul. Sekarang gw mau nanya, gimana perasaan lo terhadap gw?"
Mendengar perkataannya barusan, membuat jantungku kembali terhentak. Sedikitpun aku tidak menyangka bahwa gadis seperti Mira yang lemah lembut dan anggun berani mengutarakan perasaannya langsung terhadap seorang cowok angin-anginan sepertiku ini...
"Perasaan gw sama lo adalah..."
"Apa rul?" jawab aja terus terang, kenapa harus malu-malu.
Ucap Mira sambil tertawa, melihat tingkahku yang lugu.
"Mungkin juga Mir, atau..."
Kenapa mesti ragu? Jawab aja dengan jujur perasaan lo sama gw. Apakah lo Mencintai gw atau ga? Apakah lo menganggap hubungan kita selama ini adalah sebuah cinta atau hanya persahabatan biasa???
"Dua-duanya" ujarku mantap.
Kenapa jawabannya sangat Ambigu? Apakah harus gw yang mengatakan bahwa selama ini gw sangat mencintai lo...!
Sambil tersenyum, Mira memegang erat telapak tanganku.
Untuk sementara, aku hanya bisa memandangi wajahnya yang ayu dan menawan. Hingga akhirnya, aku mengucapkan beberapa kalimat satir yang banyak digubah beberapa pujangga dahulu:
"Mira, terus terang gw juga mencintai lo. Tapi Maaf, untuk saat ini gw masih menutup diri, dan belum dapat membuka hati gw untuk lo dan juga yang lainnya"
Dengan berat hati, aku melepaskan genggaman tangannya. Dan perlahan kemudian meninggalkan cafe itu bersama sebuah kenangan...
* * *
Ah, luka yang lama belum sembuh betul,
mengapa harus ditambah dengan serpihan garam
yang membuat luka ini semakin perih...
Ah, apakah sejarah manusia "memang" selalu berulang...
* * *
* * * * * Choirul Huda * * * * *
___________________________________________________________________
Tulisan ini untuk seseorang nun jauh disana...
Ilustrasi: Google Image
___________________________________________________________________
* * *
* * * Created By: http://roelly87.blogspot.com/ * * *
Kisah yang mengharukan dan sangat berkesan...
BalasHapusMantaf.
Wah, ceritanya tragis...
BalasHapusmirip novel Mira W.
Tapi, sungguh menawan...
LEBAY...!
BalasHapus