Minggu, 27 Februari 2011

Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara ( II ) Batubara = BArang TUhan BAgi RAta???

Akhirnya saya tiba di Bandara Syamsudin Noor dengan selamat. Setelah melintasi Lautan Jawa yang luas, huuf sampai juga ke Bumi Borneo ini. Kemudian saya bersama Ara (Teman satu perusahaan) dijemput oleh Wanto (Perwakilan dari perusahaan yang Join dengan perusahaan Bos kami). Kami jalan jalan sejenak untuk merasakan kota Banjarmasin diwaktu malam hari, tidak lupa mencicipi rasa Soto Banjar yang terkenal lezat itu. Sambil sesekali cuci mata melirik gadis-gadis Melayu disebuah jembatan panjang dekat Masjid raya. Setelah puas keliling, kami memutuskan untuk beristirahat di Hotel Banjarmasin Indah, salah satu hotel paling mewah di kota seribu sungai (bintang 3*).

Esoknya pada pukul 11, kami berangkat menuju kota Asam-asam yang berada di kecamatan Jorong, Kabupaten Tanah Laut. Kami bertiga mengendarai sebuah mobil Taft keluaran tahun 1994. Saya hanya geleng-geleng kepala saat Wanto mengemudikannya dengan kecepatan hampir 100 km/jam. Saat melihat-lihat pemandangan melalui jendela, saya merasa aneh sebab sepanjang jalan tidak ditemui pegunungan yang tinggi alias datar saja, beda saat melewati Jakarta – Bandung via Puncak atau Tol Cipularang yang dikelilingi banyak bukit dan gunung. Saat melewati Kota Plaihari hujan sangat deras ditambah dengan jalanan yang berlumpur, sampai beberapa kali mobil kami hampir terperosok masuk parit! Untung Wanto sang pengemudi sangat lihai, mirip Juan Pablo Montoya di F1. Dan lagi terbantu oleh Double Gardan, entahlah jika kami hanya memakai mobil kijang atau lainnya, bisa-bisa malah terperosok beneran.

Mes
Mes di Asam-asam
Kami sampai di Mes pada pukul 16 sore, langsung disambut oleh Karyawan dari perusahaan Wanto bekerja. Disana kami berkenalan dengan Habib Wai (Habib = orang yang dituakan/ orang yang sangat dipandang), terus langsung disuruh makan sama Acil (Bibi bahasa sana). Kaget juga saat melihat sekeliling rumah besar yang dijadikan mes ini. Sebelah kanan rumah hutan, sebelah kiri hutan, belakang juga hutan bersebelahan dengan sebuah sumur tua yang entah sejak kapan tidak terpakai, yang kata teman-teman sangat angker… (Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara ( V ): Suara-suara dari Sumur Tua*).
Ditambah lagi dengan halaman rumah yang luas serta berjarak sekitar 100 meter kearah jalan raya, untungnya jalan raya itu selalu ramai dilewati kendaraan karena termasuk jalan Provinsi yang menghubungkan Banjarmasin dan Balikpapan.

Esok paginya kami langsung berangkat ke pelabuhan, jaraknya dari mes sekitar 15 km, dan kalau melalui mobil sekitar 15 menit, tapi jika memakai sepeda motor bisa satu jam lebih. Karena jalan yang dilewati adalah jalur truk pengangkut batubara yang hilir mudik setiap saat tanpa henti. Di pelabuhan saya langsung menuju ke stokpile tempat batubara kami ditumpuk serta langsung melihat-lihat kondisi di sekeliling dermaga. Oh ya, di Asam-asam terdapat beberapa Pelabuhan Batubara seperti Cenko, DTBS, KSO dan serta  pelabuhan lainnya. Dahulu menurut cerita Kawan saya, pelabuhan-pelabuhan itu aadalah bekas pelabuhan kayu. Berhubung sekarang sudah sepi, maka banyak yang dialihfungsikan menjadi pelabuhan batubara.

dalam tongkang di pelabuhan
Berfoto di Tongkang dalam Pelabuhan
Di dalam pelabuhan biasanya saya mencatat truk yang masuk di timbangan serta mengawasi persediaan batubara di stockpile yang kami sewa. Karena kalau tidak ada yang mengawasi disana rawan akan pencurian, seperti seorang teman baru yang ditugasi oleh perusahaannya bercerita bahwa sore tadi ia melihat tumpukan batubaranya sudah menggunung, tapi entah bagaimana. Selepas Isya tiba-tiba gundukan batubaranya menjadi sedikit dan terlihat bekas jejak kedukan alat berat (Loader*). Mungkin karena ditinggal sebentar olehnya, ada seseorang yang mengambil batubara tersebut. Entah Operator Nakal atau Pengumpul batubara ilegal yang kemudian dijual kembali dengan harga tinggi.

Tapi itulah Batubara, yang banyak orang mengatakan sebagai “Barang Tuhan Bagi Rata”…
Saya juga mendengar bahwa banyak Pengusaha baru yang tertipu saat membeli batubara dalam pelabuhan. Ceritanya begini, jika ada beberapa orang yang melihat tumpukan batubara di pelabuhan, saya contohkan sebagai si C, kemudian tertarik karena  kalori tinggi serta sulfur yang rendah (saat dites ke lab). Terus ia ingin membelinya dengan orang yang mengawasi batubara tersebut, si B. Nah saat itu, ia tak sadar kalau orang yang mengawasinya ternyata bukan asli perwakilan dari perusahaan tersebut. Hanya orang yang suka menipu dan memanfaatkan kelengahan dan ketidak tahuan calon pembeli. Kemudian saat transaksi semua sudah selesai dan si C yang membeli batubara itu ingin mengangkutnya kedalam tongkang, tiba-tiba ada yang mencegahnya. Dan yang mencegahnya tak lain adalah orang yang benar-benar mempunyai tumpukan batubara tersebut (si A) sedangkan orang yang mengaku sebagai pemilik batubara sebelumnya adalah fiktif belaka (si C). Karena diantara Sang pembeli dan Pemilik batubara yang sebenarnya tidak ada yang mau mengalah, maka polemik ini diselesaikan dengan surat asli dari pelabuhan, bahwa pemilik asli batubara ini adalah si A dan bukan si C yang bertransaksi dengan Bos tersebut. Hingga akhirnya lemas lunglai perasaan Pengusaha (si B) tersebut. Karena sudah banyak keluar uang yang tidak sedikit untuk membeli batubara itu. Seperti yang saya tahu, batubara per ton sekitar rp 300 ribu, kemudiana biaya surveyor, biaya angkut dari pelabuhan, belum lagi biaya sewa tongkang yang mencapai rp 400rb untuk sekali angkut ke Pulau Jawa (tahun 2007*). Ya itulah sisi lain dari bisnis batubara, banyak yang sukses tetapi lebih banyak lagi yang gagal.
Sepertia ada ujar-ujar, bahwa seorang Pengusaha dari Jawa yang ingin belajar Ulun dan Pian (bahasa sananya aku, kamu*) Itu tidak gampang dan harus mengeluarkan uang ratusan juta rupiah. Itu hanya kata kiasan disana, tetapi memang benar, kalau tidak bisa pandai-pandai beradaptasi bisa-bisa tertipu seperti yang saya ceritakan diatas!

* * *

Kisah selanjutnya:


- Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara (  I  )  Antara Jakarta, Bandung dan Cirebon


- Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara (  III  ) Seminggu ditengah samudera lepas


- Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara (  IV  ) Parang itu hampir mengenaiku


- Suka dan duka selama bekerja di Tambang Batubara (  V  ) Suara-suara dari Sumur Tua

6 komentar:

  1. Kita memang harus mensyukuri apa yang memang untuk kita :)

    BalasHapus
  2. blog nya penuh dengan artikel yang bagus
    betah deh di blog ini
    terimakasih gan

    BalasHapus
  3. Rafting di bandung terimakasih sharenya. memang tidak mudah bekerja di tambang batubara. banyak cobaannya dimanapun itu tempat bekerja ya gan?

    BalasHapus

Ingin komentar tapi tidak tahu caranya?

Klik panah ke bawah di sebelah kanan "Beri Komentar Sebagai" Pilih ID Name/URL. Isilah nama anda. Bila tidak punya URL, kolom ini kosongkan saja. Klik Poskan Komentar. Kalau anda ragu, silahkan klik Pratinjau. Terima kasih.